Tuesday, October 7, 2014

Merindukan Senandung Panjul

Hey Panjul,
Beberapa hari ini aku tak mendengar nyanyian fajarmu.
Cahaya mentari menyerebak jendela kamarku begitu saja.
Tak ada pertanda kamu di situ, dipohon mangga depan jendelaku.

Kamu harus tau, mungkin dua bulan lagi aku tak lagi disini.
Aku takkan lagi mendengar suara nyaringmu yang bangunkanku dari lelap.
Senenarnya aku berharap, kamu memindahkan sarangmu ketempat peraduanku yang baru.

Panjul sahabatku,
Sudah berapa lama kita berkawan?
Kau jelas tau siapa aku.
Gadis yang selalu berdiri dibalik jendela ini.
Yang suka memainkan gadgetnya.
Sepanjang malam menengadah kelangit tanpa kacamatanya.
Kau tau persis, aku tak bisa melihatnya.
Mataku lemah.
Tapi engkau perhatikan aku.
Aku sedang tidak benar benar menatap langit.
Aku menggambarnya dalam imajinasiku isi cakrawala itu.
Dan semua begitu jelas.

Panjul sahabatku,
Aku sedang bosan dengan latihan soal TOEFL-ku.
Aku perlu dorongan.
Tapi sepertinya kau tau aku tak seberjuang itu.
Aku tau itu. Aku terlalu menyibukkan diri dengan hal yang bukan prioritas.
Beri aku semangat. Beri aku senyum.

Panjul,
Ijinkan aku mendengar indah senandungmu besok pagi.
Kali ini aku sungguh sungguh memerlukannya.
Untuk membuat jiwaku tenang.
Meraih hari hari baru yang merekah.

Panjul sahabatku,
Seharusnya aku tak mendengar suatu rahasia ini dikantorku.
Tapi entah kenapa, itu sangat menggangguku.
Rahasia orang lain yang tak ada hubungannya denganku
Bahkan dekatpun tidak
Tapi membuatku menangis
Membuatku kecewa

Panjul,
Aku kira aku sangat kuat.
Tapi ternyata aku lemah.
Aku terlalu membenci "sad ending".
Padahal itu bagian dari kehidupan bukan?

Sahabatku,
Sementara saja biarkan aku masuk kedalam tempurungku.
Merendahkan diri pada sang Pencipta kita.
Melepaskan keegoisan.
Mencari ketenangan.
Dan kumohon, tetap disini, disampingku!

Bandung, 7 Oktober 2014



- Posted using BlogPress from my iPad

No comments:

Post a Comment