Wednesday, March 24, 2010

alkohol vs cabut gigi

Mungkin aku adalah salah satu pasien yang bisa bikin dokter gigi rada give up! Bagaimana tidak, dari sekian puluh orang, aq satu dari mereka yang ga bisa di cabut giginya karena kebal bius!.

Begini ceritanya,

Beberapa bulan ini gigi geraham belakangku nyut-nyut terus. Apalagi kalau makan, selalu ada yang nyelip dan terasa sakit. Ya takutnya ada something yang ga nothing. So, dengan langkah pasti kuputuskan pada saat itu untuk ke Dentist Troops.

Kedatangan pertama ke dokter gigi praktek diawali dengan tambal gigi ajah. Namanya Dokter Andjar. Wajahnya dokter good looking, jadi adem ngeliatnya. Usianya sekitar 37-40 tahun. Dari logat bicaranya beliau orang jawa. Dan di dinding ruang prakteknya tertera ijazah lulusan UNAIR.

Seminggu kemudian aku muncul lagi, tidak lain karena setelah obat habis kondisi gigi geraham ini masih sakit , walhasil langkah yang harus diambil adalah kata yang ku benci “PENCABUTAN”. “Filosofi mencabut gigi itu intinya ga boleh sakit, jadi jangan khawatir ”, kata pak dokter.


17 Maret 2010
Mendebarkan, menegangkan, karena sebelumnya aq gak pernah cabut gigi pasca usia 11 tahun. Itu sudah 14 tahun lalu!!!!. Menunggu 1 jam justru menambah rasa gelisah, rasanya pengen cepet dicabut, beres, pulang deh. Tapi kali ini, saya harus menunggu dan menunggu.

Pak Dokter good looking tiba-tiba muncul, namaku dipanggil, dan suntikan pertama masuk ke gusi kiriku. Rasanya tidak terlalu sakit, seperti ada sesuatu benda tajam aja menyelinap kedalam dagingku. Aku disuruh keluar untuk menunggu -20 menit kemudian- Pak dokter chubby memanggil lagi, kali ini tang besar nan mengerikan siap di tangannya.

“Kalau sakit, kamu harus bilang, kasih tanda seperti ini (mengangkat tangan)”, katanya dengan ramah.
Saat tang itu mencoba menarik gigi gerahamku, rasa aneh muncul, aku tiba2 mengangkat tanganku.

“Kenapa? Sakit?”, menghentikan segera.

“Emmm, sakit sie enggak, rasanya aneh”, hehehehe, bikin pecah konsentrasi aja.

“ Bedakan perasaan mau di cabut dengan rasa sakit yah”, kata dentist.

Kali ini aku mulai konsentrasi, dan dokter berkonsentrasi kembali meletakkan tang penjahat itu di my lovely geraham. “Au….”, angkat tangan lagi. Pak Dokter menghentikan kegiatannya dan kemudian menambahkan suntikan bius ke dalam mulutku, entah beberapa kali di suntikkan sehingga mulutku begitu kaku – 30 menit kemudian – Pak dokter berusaha kembali – sakit – suntik berkali kali – sakit – gagal – desperate – heran .

Pada umumnya seharusnya orang sudah tidak merasa sakit lagi. “Ini kasus yang aneh, saya kasih kamu dosis lebih, minum obatnya dan 5 hari lagi datang yah”.


22 Maret 2010
Hari yang kutunggu tiba kembali, selama ini pula aku meminum rutin obatku. Tapi rasa sakit masih ada. Pak Dokter membatalkan rencana “mengerikan” ini dan meminta untuk rontsen di rumah sakit.


23 Maret 2010
Rontsen – pagi hari
Pak Dokter – malam hari

Setelah melihat hasil rontsen ternyata tampak bahwa gigiku yang mau dicabut tertahan oleh gigi bungsu. That’s way begitu sulit kemarin mencabut gigiku. “Maka diperlukan teknik khusus untuk mencabutnya, saya akan memberikan obat yang berbeda lagi”, katanya. Oh MG, berapa banyak zat kimia yang ku telan selama 2 minggu ini .


24 Maret 2010
Tidak perlu menunggu lebih lama malam ini. Dokter langsung menyuntikkan obat biusnya ke dalam gusiku. Kali ini aku tidak menutup mata saat beliau menyiapkan alat-alatnya. Beberapa jenis alat suntik, sepertinya lebih banyak dari kemarin – 10 menit kemudian – tapi mulutku belum membeku, pak dokter menambah lagi obat biusnya keseluruh bagian gigi kiri hingga bibirku membeku dan bengkak, sampai kumur kumur aja ga bias saking kakunya.

Mr. Tang masuk ke dalam mulutku, rasanya aneh, tapi tetap sakit saat dia mulai ingin menarik gigiku. Arrgghhh…kenapa susah banget. Wajah pak dokter juga sampai heran melihat kasusku seperti ini. Pak Dokter adalah dokter yang enak bekerja sama. “Saya tidak menjadikan pasien sebagai obyek tetapi sebyek, jadi saya lebih senang kita berdiskusi”.

Beliau mencoba lagi menyuntikkan sesuatu ke gusi saya, sangat banyak, sampai tidak terhitung, dan sampailah pada kondisi sakit yang luar biasa. Reaksi dokter: apa ternyata tidak terbius juga????
“Penyebab gigi kamu tdk tercabut berdasarkan analisis saya karena kamu kebal bius. Pada kondisi umum, kalau semua bagian sudah terblok, dan saya tambahkan dosisnya, seharusnya itu tercabut tanpa rasa sakit. Sehingga ada kemungkinan kemungkinan lain yang terjadi meski ini sangat jarang dialami orang.”.

Pak dokter mulai curhat (atau mungkin mancing) “Tahun 1995 saya menemui satu kasus, bertemu dengan seorang bapak yang akan dicabut geraham depannya, seharusnya itu sangat mudah, tapi saya heran kenapa tdk bisa tercabut. Maka saya mulai mengajak diskusi dengan bapak itu, apakah beliau memiliki “pegangan” sehingga kebal terhadap apapun, tapi saya percaya hal ini tidak terjadi pada mbak Tira. Ternyata bapak itu memang punya, di ikat pinggangnya, setelah dia lepas ikat pinggang itu, saya jadi mudah mencabut giginya.

“Arggg saya tidak punya pegangan apa-apa dok…”

“Hahaha saya percaya mba Tira ga mungkin kayak gitu”

“Kasus kedua”, lanjutnya.

“Seorang pemuda, kasusnya juga sulit tercabut bahkan tidak bisa dibius, saya tau dari penampakannya dia peminum, tapi saya yakin ini tidak terjadi dengan mba Tira. Pasti mba ga mungkin juga melakukan ini….”, belum selesai mau ga mau aku potong deh..

“ups, saya memang minum dok….kemarin saya minum wine” (wkakakkak….sebodo deh, jujur ajah)

“Ow….”, terkaget dan ketawa. (emang benar, mukaku sangat polos dan lugu, siapa percaya gitu lohhhhhh!)

“Tapi dikit, jarang pula”, kataku membela diri

“Meski jarang, tingkat sensitifitas orang berbeda-beda, mungkin mba Tira sangat sensitive alcohol sehingga sarafnya terpengaruh pada kebal bius. Alkohol sangat mempengaruhi syaraf sehingga mempengaruhi kinerja syaraf yang menimbulkan efek pada otak sehingga rasa sakit sangat terasa saat mau dicabut”.

“Iya dok…”, pasang muka melas dan menyesal.

“Saran saya 1-2 bulan ini jauhi alcohol, dan nanti kita coba lagi apakah pertemuan selanjutnya berhasil untuk dicabut, kalau merasa sakit, diminum saja obat biasa untuk penghilang rasa sakit”.


Kesimpulan: Oh MG, ini gara-gara wine Australia & rum si bule Denmark dan wine Prancis 11,5% ituuuuuu. So, no alcohol for 1-2 months !!!!

Terima Kasih Pak Dokter karena anda tak se’menakut’kan yang saya kira.


1 comment: