Sunday, January 11, 2009

reuni SMU

Cantiknya Bundaran Tugu,

Masih saja tidak berubah suasana sekitar tugu, jantung kota Malang. Tepat berada depan sekolah ku. SMUN 4 Malang. Balai kota Malang berdiri megah dengan tatanan taman yang cantik penuh bunga. Sesuai slogan kotanya, Malang kota Bunga. Tampak bangunan lain yang mengelilingi bundaran, hotel Tugu. Kesemuanya mengelilingi keagungan tugu bundaran sekaligus representasi kota yang khas akan pendidikan dan pariwisata ini.

Reuni akbar SMU terlaksana juga manakala 5,5 tahun sudah aku menanggalkan seragam abu-abu putihku. Entah seru atau tidak acara tersebut, aku tetap bahagia. Disela kedewasaanku yang mulai menguak manakala karier akhirnya kujalani. Ya, impian dan ambisi-ku sejak SMU,  sebuah aktualisasi diri yang sesungguhnya. Hanya sedikit meleset, 5,5 tahun lalu aku memimpikan high heels, blazer dan kemeja elegan membalut tubuhku. Namun berjalan waktu, aku semakin mengenal siapa diriku. Ya, setelan celana jeans dan baju rimba menjadi keseharianku saat ini. Bekerja untuk alam dan masyarakat. Puff, tapi yang lalu adalah kontribusi luar biasa dalam hidupku. Kenangan tetap menjadi bagian dari masa lalu.

Gedung yang saat ini berada dihadapanku masih saja seperti dulu, gedung tua yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun. Aku mencoba melewati lorong-lorong selasar menuju ruang-ruang kelas yang pernah kutempati dahulu. Tempat dimana aku menimba ilmu dan eksistensi diri. Tempat dimana aku berjuang merubah diriku yang pendiam dan pemalu menjadi si energik dan periang. “The Energy Drink”, ya begitulah sebutan kakak kelas padaku.

Gedung tua yang terkenal angker dan bersejarah. SMUN Tugu. Beberapa tambahan ruang kelas di bangunan ini membuat makin sesaknya sekolah. Terutama lantai dua, tahun 2003 atas ruang laboratorium fisika dibangun. Selanjutnya tahun 2007 terbangun lagi kelas-kelas yang baru di atas mushola lama. Aku mendatangi ruang pertama yang paling ku rindukan, kelas SOS 1, kelas kecil yang kini berubah menjadi ruang bimbingan konseling. Ruangan yang dulu berseberangan dengan SOS 2 dan di dinding belakang terdapat lubang kecil yang bisa menghubungkanku dengan para sahabat di seberang. Teman-teman terbaik yang sampai saat ini tetap berhubungan. Sudah 5,5 tahun berlalu.

 
Achoek & Feddy, anak SOS 1. Semasa kelas 3, aku paling suka nyelain mereka, aku bilang kalau achonk dan feddy itu “kurus & tanpa daging”, kalau ma mereka aku gak pernah ngasih jawaban yang benar. Ironisnya aku tuh lemah, suka dikelitikin ama mereka, suka dijadikan bulan-bulanan and suka ditarik trus dikurung di kamar mandi cowok. Mereka kemana yah? Lost contact!

Aku seolah kembali berada di jaman SMU dulu, tampak didepan riuh anak-anak yang sedang mencari jati dirinya, riuh oleh gerombol cerita-cerita manis tentang cinta dan persahabatan, bergolak dan melebur dalam sebuah kenangan. Hanya tinggal kenangan.

Aku menaiki lantai dua. Balkon diujung adalah tempat favorit di pagi hari, view-nya cantik, langsung mengarah ke bundaran tugu, setiap pagi aku menunggu teman-teman yang turun dari angkot. Kemudian aku mencari-cari ruang yang pernah kudiami di kelas 2.1, titik dimana gejolak remaja yang giat meraba-raba tentang jati diri yang sesungguhnya.
***
Sudah beberapa minggu ini aku menyempatkan diri melihat-lihat anak kelas tiga bermain sepak bola. Setiap kali istirahat, aku memperhatikan aktivitas mereka dari atas jendela kelasku. Yah, jendela kelasku berhadapan langsung kebawah dengan lapangan olah raga. Anak-anak kelas tiga selalu meluangkan waktunya untuk bermain sepak bola. Pertandingan sepanjang masa.

            “ Mang mana yang keren,Tir” Tanya Phiphi padaku.
            “ Tuh, namanya siapa yah, cakep yah”. Menunjuk seorang cowok berkulit putih dengan tinggi badan standar dan proposional. Akhirnya aku mengetahui namanya, dari Paul, sahabat dia yang aku kenal, dan aku mulai semakin memperhatikan lelaki itu sejak obrolan non-formal kami di depan stasiun kereta api….waktu itu. Sejak saat itu, istirahat menjadi keseharianku menyaksikan para cowok-cowok bermain sepak bola. Beberapa hari ini tampaknya dia sadar kalau aku memperhatikan dia, sekali-kali dia menatapku keatas. Tatapan matanya seolah memberi makna, entah sebuah jawaban atau penantian. Tapi tak ku sia-siakan tatapan itu berlalu begitu saja dan aku tau hari itu terjadi……

            “E….boleh kenalan ga?” Suara itu menyapaku disela-sela kesibukanku selepas Rapat Anggota Koperasi Sekolah, sekejap rasa penatku hilang, lelah tubuhku mendadak stabil dan darahku berbalik naik dari ujung kaki keatas, sehingga entah mengapa wajahku memerah pada saat itu.
***
            Malam minggu, aku sendiri di kamar, ga tau kenapa pikiranku masih terpaku pada dia, senyum ramah dan misteriusnya. Yang ada dalam otakku hanya dia….dia…dan dia…….sejenak pikiranku terbuai oleh bunyi bel depan rumah. Dengan langkah gontai aku membuka pintu dan wajah itu terpampang di hadapanku saat ini. dia berdiri dihadapanku saat itu.
 
                                                                                                               Februari 2002

***
Tir…?, Puji menyentakkan sesaat lamunanku yang sempat membawaku ke beberapa tahun silam, “HP-mu bunyi….”, sahut sahabatku dikala kelas 3 SMU ini.
 
Nama Resti terpampang di layar handphone-ku pertanda mengajakku turun ke gerbang untuk menjemputnya. Aku dan Puji segera meluncur menuruni tangga dan sekejap menemui Resti dan Bent. Ya, teman seangkatanku. Dari kejauhan dia datang menghampiriku. Ya, seseorang yang tadi sempat terbayang dan meninggalkan cerita 6 tahun lalu.
 
***
Tuesday, June 11 2002
11.47
Tear, ini aku. Aku cuman mau ngungkapin perasaanku selama ini. Tear, aku bener-bener minta maaf kalo sering bikin kamu jengkel …
…..
Tear, aku pingin kamu tau (walau kita udah gak sama-sama lagi) kalau aku sayang sama kamu. Udah tear, mungkin kalo kita putus ini adalah yang terbaik buat kamu dan aku. Maafin kesalahan aku yang seabrek itu yah. Kamu udah ngasih aku 4 bulan yang terindah dalam hidupku selama ini. Makasih ya…
 
Yah, hanya sepenggal itu yang teringat…sebagian terlupa dan sebagian lagi tersimpan baik-baik dalam memori kenangan yang sudah aku kubur dalam-dalam. Memori wajah senyum yang setiap pagi menungguku di gerbang sekolah dan wajah sama yang selalu menantiku sepulang sekolah di depan ruang kelas. Karena ini hanyalah sepercik masa lalu, hanyut bersama dedaunan layu yang mengikuti aliran air sungai kehidupanku. Dan semua sudah aku tutup rapat-rapat.
***
Mataku sejenak tertutup, menghembuskan nafas sebentar dan berusaha nampak biasa-biasa saja dihadapan teman-temanku yang lain. Memutari setiap lorong ruangan sekolah dan mencoba mem-flashback adegan apa yang terjadi 6-7 tahun lalu. Disini. Ditempat ini. Yang meninggalkan jejak kisah antara cinta dan persahabatan. Persahabatan .. ya lelaki dihadapanku saat ini adalah sahabatku. Sahabat yang pernah mengecewakanku sesaat.
***
Masa yang berlari berhembus bagai angin
Semua tumbuh hadir habis dan berganti
Sahabatku si waktu selalu mengijinkan
Hadiahkan kawan kala
Mengisi hari dengan senyum dan canda
Bilamana benteng tinggi menghadang
Berilah sedikit celah atau hancurkan!!
Sepertinya ada satu sisi penyekat logam keras
Jangan lebur dalam api bara
Biarlah hari, bulan, atau tahun menjawab
Agar terkikis menjadi puing bagai pasir lembut
Namun kenyataan terlalu membingungkan
Atau penyekat itu memang mempermainkanku
“dahulu ialah kenangan
Sekarang ialah kenyataan
Esok ialah harapan”

Mungkinkah yang sekarang menjadi dulu
Atau yang esok adalah sekarang
Tapi aku suka yang sekarang dan esok yang dahulu sudah berkesudahan
Saat esok benar-benar menjadi esok dan kita yang sekarang bertemu diesok
Berjanjilah tatapan itu tetap
Seperti dahulu dan sekarang
Beri segelintir senyum karena itu memberi arti
Jadilah yang pernah lewat, singgah dan meninggalkan jejak.
Karena setiap orang takkan sama dari yang dulu, takkan sama dengan yang sekarang bahkan yang akan datang.
Oleh andil si waktu semua dapat BERUBAH, DIUBAHKAN dan MENGUBAHKAN

Ini semua goresan pena
Ini tersirat
Ini tersimpan
Ini terpendam
Lidah terlalu berat berucap
Untuk kesekian kalinya aku kalah
                                                                                                            November 2002
***
Aku seolah membuka sebentar buku masa laluku, membacanya beberapa lembar dari sekian banyak bab didalamnya. Tapi satu hal yang kupelajari bahwa persahabatan & teman adalah hal yang sangat berharga dalam hidupku, kenangan adalah bagian dari novel kehidupan, hanya siapa yang tau epilog-nya?. Hanya menunggu waktu.

“Aku mau tanya, apa yang membuat kamu bahagia???”
“Yang buat aku bahagia adalah teman-teman yang ada disekelilingku”
“Kalau begitu aku ingin selalu menjadi temanmu…..”

TAMAT

Malang, ketika reuni SMU, Januari 2008

2 comments:

  1. We're grow up..
    Tapi beberapa hal terlahir begitu saja,tak berkurang dan tak bertumbuh.
    Sampai ada sesuatu yang mengguncangkan dan meruntuhkannya..
    Bifurkasi..

    Aku masih hafal benar puisi itu..

    Huff..
    Kalau Tuhan maha segalanya, berarti dia juga maha edan..

    Apakah sudah benar2 Tamat?

    ReplyDelete