Sunday, June 6, 2010

warna warni kehidupan

Orange
Musim berganti, saat flamboyan mekar pertanda musim panas tlah tiba. Saat beralih ke hujan, semua gugur menyisakan cabangnya yang megah. Waktu itu, selepas lulus SMU, aku menatap kembali pohon flamboyan di pinggir jalan depan gang rumahku. Pohon yang selalu setia menemani setiap aku menunggu angkutan kota. Dari jauh, bunganya bersemi berwarna orange menebar tampak dari kejauhan rumahku.

Saat pagi tiba, dingin yang menusuk, semerbak orange flamboyant menyegarkan mataku, member semangat baru, memberi keceriaan, akupun optimis, seolah member pesan bahwa hari ini adalah hari yang baik bagiku.

Hitam
Sampai usiaku 11 tahun, aku masih takut dengan gelap. Aku bahkan tak berani memejamkan mata saat keramas. Menyalakan lampu saat tidur. Hitam adalah gelap. Hitam adalah kesepian. Aku sangat takut sendiri, meski keadaan memaksaku untuk sendiri.

Hitam adalah duka. Hitam tak ada cahaya. Tetapi dia tegas, misterius, penuh teka teki. Setiap saat bisa dipercikkan dengan berbagai warna. Tetapi hitam tetaplah hitam. Begitu tak bersahabat. Tapi, kini kusuka hitam, pertanda kekelaman hidup pernah kulewati.

Hijau
Dimana mana hijau. Itulah kampung halamanku. Diselimuti kehijauan di di kanan dan kiri-nya. Hijau itu ada saat aku masih kecil. Saat semuanya kemudian dirubah dengan beton dan bangunan.

Itulah awal mengapa email yahoo yang aq buat saat usia 15 tahun ber-id tea_rha_verdant. Verdant berarti menghijau. Karena aku suka melihat segala sesuatu yang menghijau. Hamparan sawah, deretan pepohonan, rerumputan, dan lumut.

Warna..warna..warna

Pertanyaanku sejak kecil: mengapa begitu banyak warna didunia ini? Mengapa tanah dan cabang pohon berwarna coklat pada umumnya, daun pohon berwarna hijau, langit berwarna biru, awan berwarna putih, bunga berwarna merah dan kuning serta pelangi berwarna warni.

Ternyata begitulah hidup, apa yang dialami manusia juga warna warni. Waktu berjalan seolah lambat, tetapi ternyata sangat cepat. Saat aku masih belia, aku sangat tidak sabar ingin menjadi gadis dewasa. Aku sangat tidak sabar merasakan jatuh cinta. Aku sangat tidak sabar ingin hamil dan memiliki anak. Aku sangat tidak sabar mengenakan blazer dan high heels seperti yang mama kenakan sehari-hari. Aku adalah si gadis kecil yang membuat dunia di kepalanya sendiri, menciptakan masalah-masalahnya sendiri, menyelesaikan masalah-masalah itu, menertawakannya, menangisinya, aku penasaran.

Saat aku remaja, tiba-tiba aku ingin kembali menjadi anak-anak, karena aku mulai mengalami masalah masalah yang memang nyata, dan harus kuhadapi sendiri. Aku merasakan jatuh cinta tetapi bisa merasakan sakitnya. Aku belajar dengan keras, tetapi aku bisa gagal. Tetapi aku masih memiliki mimpi, bukan lagi sekedar khayalan.
Kini aku sudah dewasa. Aku tak lagi mengarang-ngarang cerita tentang masalah dunia dalam kepalaku. Aku bahkan di hadapi berbagai masalah setiap harinya. Aku terkadang ingin lari dari masalah. Tetapi akupun harus bisa menghadapinya. Aku tak ingin menjadi anak-anak kembali, tetapi tidak juga ingin menua.

Aku harus jujur mengatakan bahwa saat ini hal yang membuatku takut bukan lagi gelap. Sesungguhnya ketakutanku adalah bertambahnya usia. Jika malam tiba, bilamana tidak terlalu lelah, aku tak ingin menutup mata, karena takut esok akan berganti hari, dan waktu cepat berjalan.

Tetapi inilah kenyataan. Kelak aku akan duduk di kursi panjang, mengamati bumi yang juga telah menua. Rambutku memutih, kulitku berkerut, punggungku bungkuk, mataku kabur, daya ingatku menurun, gigiku ompong, langkahku goyang, tanganku memegang tongkat. Tapi aku berharap semangatku dan hatiku tak kan pilu dan termakan waktu. Aku ingin tetap kokoh dan mensyukuri hidup ini. Aku ingin menuliskan setiap sejarah hidupku yang bisa kubanggakan untuk anak cucuku. Menceritakan penemuanku akan cinta sejati. Mendokumentasikan setiap langkahku untuk sesamaku dan lingkungan. Meski saat ini aku belum melakukan apapun. Kuakui hidup ini menjanjikan sebuah warna warni.

Tahun perak bagiku 01 Mei 2010 - Ulang Tahun yang ke-25

No comments:

Post a Comment