Wednesday, December 6, 2006

"dia"

Saat itu aku merasa menemukan serpihan diriku ada di dalam dirinya. Saat malam semakin sunyi, bahkan setiap desah nafas mulai terdengar jelas. Entah apa yang merasuki hatiku tapi rasanya seperti melihat ketenangan dari matanya. Aku seakan menggapai dirinya dalam kalbuku, seakan aku tahu apa yang ada di dalam pikirannya.
malam itu, aku seperti mengenalnya sejak dulu. Sepertinya tidak ada jarak dan batas dalam benang merah kami berdua, tiba-tiba saja begitu menyatu. Akankah malam itu kembali? Aku tak tahu.

Pernah jemarinya menggengam jemariku, diatas dua roda melaju ditengah dinginnya malam kota Yogyakarta, rasanya bukan melambung tetapi menenangkan. Hatiku, cintaku tidak terbang mengawang tetapi tetap di tanah dan melihat tinggi ke langit gelap. Mengagumi keindahan langit karena jika aku dilangit aku tak tahu keindahan langit.

Ia mengajarkanku kesederhanaan. Dia mengajarkanku tenang. Tapi dia selalu membuatku takut. Ya, ketakutan terus menggerogoti hatiku. Aku takut hatiku mati habis digerogoti bayang-bayang kepahitan yang semu. Aku takut aku tidak lagi bisa mencinta. Akankah Ia menunggu hatiku untuk mencair dari kebekuan rasa curiga? Tapi aku lelah sendiri. Aku tak mau ditinggal sendiri. Ini terasa menyedihkan. Aku tidak mau kesepian lagi. Terasa menjadi pendosa karena memalingkan wajah dari cinta. Begitu egois sehingga diterlantarkan. Sendiri. Aku takut. Aku tak mau.

Dalam senjang waktu, entah apa yang menyebabkannya, aku mulai mengalami beberapa "pencerahan" tentang cinta. Saat bisa menikmati duniaku dengan dia. Segala menjadi terasa begitu wajar. Aku merasakan cinta. Hebat!!! Dia sudah sukses merebut setiap sela-sela hatiku. Dia berhasil menjadikanku bisa menghargai dan melihat betapa cinta itu ada. Dia……
 
ya.. Dia...
yang pernah menjadi bagian dalam hidupku.
semua akan baik baik saja.

No comments:

Post a Comment