Monday, December 4, 2006

before i said: Yes, i do!

Perjalananku dalam memahami cinta terlalu sulit, berliku, dan menjadikanku sosok wanita yang tidak mengenal cinta eros. Ini hanyalah masa lalu yang sudah kututup, tetapi bukan berarti melupakannya, karena kisah ini adalah bagian dari kehidupan yang membentukku dari waktu ke waktu.

2006
20.12
Aku menatap langit, memfokuskan pandanganku pada rembulan. Semakin serius aku memperhatikan sisi tampak bulan itu. Kalian tau Halo bukan?aku merindukan malam ini bulan diselimuti kabut putih yang mengelilinginya. Mataku sedikit kupicingkan, dan pikiranku berusaha memadukan serpihan bintang-bintang tersebut menjadi sebuah bentuk. Sesaat aku menghela nafas, lelah rasanya memasang puzzle-puzzle itu. Kemarin posisi mereka tidak seperti hari ini, bentuk bulannya pun tidak sebulat sekarang. Sekarang aku tahu, mereka bebas…..mereka benda-benda luar angkasa yang bebas berlari dalam lintasan galaksi, muncul disaat-saat tertentu dan dikagumi banyak orang.

22.20
Aku menguap, sejenak mataku berair, tapi aku tetap terduduk disini. Angin malam mengoyak setiap sela kulitku, menebarkan setiap helai rambutku, dan setiap nafas terhembus dalam kepulan berwarna putih. Wow, malam yang dingin di kota Yogyakarta. Terdengar suara rintihan jangkrik dibalik rerumputan taman depan rumahku, mereka bebas…bebas berteriak dihening malam. Aku melihat langit itu dari sela-sela jendela kamar. Kemudian berpaling dan berkonsentrasi kembali di depan komputer sambil mengalun-alun lagu klasik Hellowen “NeverLand”.


***
1988
Aku ingat, betapa aku ingin sekali bersekolah. Aku lihat mainan yang begitu banyak, bagaimana mungkin anak berusia 3 tahun bergabung di taman kanak-kanak Rumah itu begitu kecil, dua kamar dengan ruang tamu kecil di depan. Aku melihat Mama Lala datang padaku dan pergi begitu saja. Ia selalu naik bus di depan rumah kami, entah apa yang ia kerjakan, kata Mama Ani, Mama Lala kerja di tempat yang jauh. Aku tidak tau yang jelas aku senang jika Mama Ani tetap disampingku, karena aku tidak takut lagi.

1989
Sepertinya aku tidak punya teman, tidak ada yang mau berteman denganku, atau karena mereka tidak pernah mendengar suara ku. Yah, kukira aku ini bisu. Ah, aku berkata-kata, aku sepertinya hanya berbicara pada Mbak Muz dan Mama Ani. Aku bermain sendiri di sekolah, aku sendirian. Yang kumiliki hanya Mbak Muz, pengasuhku dan Mama Ani, mamaku.

1990
Waktu itu aku begitu ketakutan, ada seorang pria yang datang ke rumah baru kami. Seperti biasa siapapun orang asing yang datang kerumah, aku siap bersembunyi dibawah kolong tempat tidur. Tiba-tiba Mama Ani memanggilku dan membawaku ke hadapan pria itu. Ia berkulit gelap, berkumis, tersenyum padaku dan ingin memelukku. Aku takut, menangis dan meronta-ronta meminta pertolongan, yang kurasakan pada saat itu aku tidak terlalu menyukai pria dihadapanku ini. Tapi dia berulang kali berkata “Ini papa…ini papa…”. Terbesit pertanyaan besar dalam pikiranku “apa itu papa?”

1991
“Wah perut mama besar sekali..”sahutku, memegang perut Mama Lala. Sejak itu rumah baruku serasa banyak orang. Ada papa, ada mama, ada mama ani, ada kak echi, ada mbak Muz, ada aku dan calon adikku. Entah bagaimana ceritanya mereka berkumpul, mereka tidak meninggalkanku lagi, dan kebahagiaan itu berlangsung sementara……
Kenapa mama dan papa beda kamar….orang tua teman-temanku satu kamar?

1992
Yang kurasakan adalah ketakutan, aku tetap merasa sendiri, atau merasa tenang jika mama ani berada di sisiku. Mama Lala selalu pulang malam, papa ga pernah di rumah, yang kulihat aku tetap bersama mama ani dan mbak Muz di rumah.

Aku lupa tahun berapa ini di mulai, tapi aku sering melihat bagaimana papa memukul mamaku. Air mata itu berlinang, menetes haru di pipi Mama Lala dan pipiku. Lelaki itu selalu memukul wanita itu, demikian juga dengan kami. Berkali-kali aku mohon ampun, tetapi tangannya selalu memukul wajahku, paha, kepala dan tanganku. Rasanya sakit, aku meronta-ronta karena aku tidak tau salah apa. Aku memohon ampun tapi ia dengan berang tidak mendengarku. Aku memasuki dapur, mengambil air putih, keadaannya sudah berantakan sebelumnya, tangan itu menarikku dan memukulku dengan keras. Dia berteriak dan marah “Mengapa kamu mengotori dapur?”, yah lelaki itu menuduhku, meski aku sudah membela diri.

Aku terbangun, waktu menunjukkan pukul 4 subuh, tapi suara tangis terdengar ditempat tidur bawah, papa masih terus memarahi kak echi dan memukulnya. Dia harus bisa menyelesaikan perkalian itu. Aku takut…aku takut dengan lelaki itu, dia selalu memukul kami, memukul mama Lala, Kak echi dan aku.

1994
“ Ma, kenapa Papa jahat sekali?”tanyaku
Aku tidak tau penjelasan mama, aku tidak memahami maksudnya, tapi satu hal kutanyakan pada waktu itu…”Ma, kenapa mau menikah sama Papa?” dan ia terdiam…..

1995
Aku adalah manusia yang terbuang, bisa disebut begitu, karena disekolah aku tidak punya teman, kalaupun punya, mereka juga orang-orang terbuang yang dihindari mereka yang sok populer di kelas. Di rumah, akupun orang asing, hanya saja saat melihat mama ani dengan mesin jahit-nya itu aku baru merasa tidak sendiri. Mama Ani adalah kakak kandung Mama-ku, karena sejak kecil dia merawatku aku memanggilnya mama meski mama kandungku mama Lala.
Dua orang wanita yang luar biasa, yah mereka dua wanita yang paling hebat dan tegar yang pernah kukenal dalam hidupku. Mama Ani, dia rela melepaskan suaminya yang telah menghamili pembantu mereka, dia pergi jauh ke Jawa dan mendedikasikan hidupnya untuk diriku. Sedangkan Mama Lala, mama kandungku yang kabur dari kekangan Papaku, dia kabur di suatu malam saat papa belum pulang dengan perut yang berisi diriku lari ke Jawa.

1996
Aku kembali melihat wajah mama, sinar wajah sedih itu selalu dia simpan dalam-dalam. Tapi air matanya tak pernah menipuku, dia tertekan dan dipenuhi rasa sakit hati yang amat sangat. Seperti tahun-tahun kemarin mereka tidak pernah akur, pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Adegan pemukulan terhadap diriku dan kakakku terus berlangsung. Aku takut…aku juga benci..pada lelaki itu.
“ Ma, kenapa mama menikah dengan papa?” aku masih menanyakan hal itu.

1998
Sepertinya aku Jatuh Cinta…………………..
Aku sendiri…ya aku sadar saat ini aku benar-benar akan hidup sendiri.

1 Mei 1998
“May, Mama Ani sekarat, sekarang dia di bawa ke Palangkaraya” sahut Mamaku. Detak jantungku semakin cepat, saat itu aku benar-benar merasakan gelisah yang amat sangat. Aku terdiam, tanpa ucapan, aku mau berteriak, namun lidahku terkatup, aku mau menangis, tapi air mataku habis, toh setiap hari aku menangis…..aku merasakan sesuatu akan terjadi..malam ini……
“Tuhan, tolong jangan ambil Mama Ani..kumohon Tuhan…ini permintaan Ulang Tahunku kepadaMu….kumohon Tuhan jangan biarkan aku sendiri” Aku terus berdoa…malam itu aku terus berdoa…..aku percaya Tuhan Yesus pasti memberi Mujizat…”Tuhan sama siapa lagi aku bisa berlindung..dari pukulan papa, dari rasa sendiriku……sama siapa lagi aku bisa merasakan kasih sayang, Tuhan lihatlah, Mama Ani tidak bahagia sepanjang hidupnya, dia tidak bahagia dalam rumah tangga, dia mengurusku, tapi aku ga pernah membahagiakannya”
beberapa menit setelah pukul 00.00 selepas hari ulang tahunku, dia benar-benar meninggalkanku…dan aku mencium bau melati yang begitu wangi di kamarku saat itu, aku tau mimpiku di suatu malam itu benar-benar terwujud, aku melihat mama ani di kejauhan melambaikan tangannya padaku…aku tau dia benar-benar meninggalkanku.
Disinilah awal dari kesadaranku mengenai kerasnya dunia, mengenal duka, merasakan menangis karena sedih dan bagaimana kurasakan kesengsaraan mama ani selama hidupnya. Aku ingin ikut dia saat itu, aku ingin bersama dia di surga. Saat itu aku benar-benar memvonis diriku sendiri, betapa aku memang benar-benar sendiri……………………………………………..

1999
Aku merasakan cinta pertama, aku merasa yakin aku Jatuh Cinta dengan teman sekelasku. Namanya ********, akulah secret admirer bagi dia. Yah, aku ingat bulan Januari 1999, saat kubuka kembali lembaran buku harianku saat di bangku SLTP. Dialah yang selalu mengisi hari-hariku, karena dia aku bahagia, karena dia aku sedih, karena dia aku bisa menangis, karena dia aku tertawa, karena dia yang membuat ku menjadi kuat dan semangat untuk berprestasi setelah Mama Ani meninggalkanku. Ada sosok yang berbeda dalam diri dia sampai-sampai aku tidak bisa menerima tawaran cinta dari cowok manapun. Sehari saja aku tidak melihat wajahnya, aku bisa gila. Melihat tulisannya yang jelek kayak anak TK, mendengar suaranya yang mulai berat, melihat dia yang begitu rajin belajar, mengagumi betapa smart-nya dia, sorot matanya terpancar tajam, senyum dan tawanya membuatku bahagia dan sisi misterius-nya. Aku yakin, saat itu aku jatuh cinta, meski hingga hari kelulusan itu aku tetap tidak mengungkapkan perasaanku itu. Terus kupendam….terus kusimpan dalam penantianku.

Kenapa papa tidak pernah berhenti memukulku dan memperlakukanku dengan tidak senonoh…satu hal yang kuingat…sejak kecil setiap kali dia memukulku, dia selalu melarangku menangis, kalau aku menangis dia akan semakin memukulku, oleh karena itu aku suka sekali menangis sendiri dalam kamar. Dia memarahiku lagi, dimata dia selalu dialah yang benar. Sepertinya mama sudah tidak pernah lagi memusingkan pertengkarannya, ia selalu diam dan bepergian ke luar rumah. Setiap kali mama kesal dengan papa, ia selalu melampiaskan itu kepada anak-anak-nya, mama marah-marah dan aku benar-banar merasakan neraka itu dalam rumahku sendiri.

2001
Aku masih belum bisa melupakan *****, aku merasa cinta itu begitu penuh derita, cinta itu menyakitkan. Disatu sisi aku tetap terus bergulat dengan kesakit hatianku. Aku semakin benci dengan Papa. Karena hingga saat aku sudah menginjak remaja, mereka tetap tidak akur. Sejak kepergian Mama Ani, papa tetap bersikap kasar pada kami, mama dan papa terus adu mulut. Satu hal tertanam akan ucapan mamaku “Cinta itu persetan”….ya..cinta itu persetan…..cinta hanya buat derita. Cinta membuat mama ani ditinggal suaminya, cinta membuat mama ku menderita sepanjang hidup pernikahannya, cinta membuat aku tidak mendapat apa-apa termasuk *****, cinta itu persetan!!!
“ Ma, kenapa mama menikah dengan papa?”


Hanya satu yang kubenci di dunia ini, Papa!!!sosok pria yang tidak pernah memberiku rasa simpati sedikitpun sejak awal pertemuan itu diusiaku yang ke 5 tahun. Aku muak dengan keluargaku, muak dengan mama dan papa, muak dengan pengasinganku, muak dengan kesendirianku, muak dengan rasa yang kusimpan dengan rapi-nya pada *****, muak dengan gelarku yang penyendiri dan pendiam.
Aku ikut OSIS dan beberapa ekskur lainnya, yah aku berharap dengan ini aku bisa jarang di rumah, enyah dari mama dan papa, dan juga bisa melupakan Andre..dan aku selamat! Selamat dari kesendirianku selama ini, selamat dari pengasinganku selama ini dan selamat dari rasa minderku selama ini. Tapi aku tetap penuh DENDAM!!!!

Namanya “Den”, salah satu personil Vandalism Band. Sebuah benda langsing berambut enam merupakan istri kesayangannya. Setiap jarinya bergerak lincah mempermainkan senar gitar, sambil menutup matanya ia selalu menghayati setiap denting musik yang mengalun. Aku tidak menyukai musik keras, apa itu Dream Theater, Red Hot Chili Papers, John Petrucci atau Steve Vai.
Pertama kali melihatnya didepan ruang 2-5, aku melihat sepasang mata yang tajam itu, sama seperti sepasang mata *****. Kenapa harus dia, kami berkenalan saat studi banding ke SMUN 1 Yogyakarta. Dialah pacar pertamaku, dia tidak pernah lelah mengejarku, dia seorang penakluk. Tapi bukan menaklukkan hatiku, karena aku justru menyakiti dia dan membuat dia benar-benar jatuh dan menderita karena cinta. Aku kasihan sekaligus puas, menyakiti pria ternyata begitu memuaskan, itulah bentuk aksi balas dendamku pada lelaki, meskipun bukan papaku.

2002
Namanya “Luth”, anak kelas 3 IPS 1, sosok lelaki yang gemar memainkan kedua kakinya dengan bola dan menggiringnya dengan tangkas menuju gawang. Aku tidak menyukai sepak bola, Alesandro Del Pierro atau David Beckham pun aku tidak tau setampan apakah mereka. Kiper, sayap kanan, ataupun istilah kapten baru kuketahui setelah lama aku berbincang dengannya. Cakep, lembut, idola cewek-cewek di SMA-ku, dan aku berhasil mendapatkannya setelah 3 hari kami baru berkenalan. Setiap pagi dia menungguku di depan pintu gerbang sekolah dan kami masuk kelas bersama-sama. Tapi kembali aku kesal dan menyakiti dia, setiap kali dia berbuat hal yang mengesalkanku aku jadi teringat papaku, dan aku melampiaskan pada-nya. Aku kesal dengan laki-laki, apalagi papa.

Inilah terakhir kali papa menamparku, saat aku pulang larut malam tanpa ijin terlebih dahulu. Tapi kali ini aku tidak menangis, karena air mataku sudah habis. Aku selalu menghindari dia, dan aku menganggap dia tidak pernah ada dalam hidupku.

2003
Aku sakit,
Semakin kronis
Aku butuh obat
Dadaku semakin sesak, setiap organ tubuhku digerogoti oleh virus kebencian
Dan bakteri kesakithatian
Tulang-tulangku keropos rohani….
Berilah aku obat roh penghibur
Meski setetes tapi segarkan jiwaku
Lepaskan….tanggalkan hati kelabu ini..
Aku ingin bersihkan
Namun iblis terus permainkanku
Hilangkan trauma itu
Kumohon jangan ingatkan
Aku takut!!!!!
-Mei 2003-

Aku benar-benar tidak bisa merasakan cinta lagi……aku hanya merasakan cinta itu pada Mama Ani dan *****….aku hampa….aku sepi….
“Ma, apa mama pernah mencintai papa?” tanyaku suatu hari.
“tidak” jawabnya
Hari ini
Terbuka semua hipotesis ku
Terbuka semua rahasia ini
Hanya aku yang tau
Akhirnya aku tau
Rahasia dua puluh tahun lalu…….
...........

2005
Aku melihat wajah tua pada diri mamaku, aku melihat keletihan dalam dirinya, ya aku pulang saat itu, seperti liburan-liburan sebelumnya, aku selalu bermimpi setiap kali pulang, aku melihat perkembangan, bagaimana karya Tuhan sedang memproses mereka. Aku melihat mamaku, wanita yang begitu kubanggakan, kukagumi, wanita yang sangat tegar dan luar biasa. Pertanyaan besar yang selalu terlintas sepanjang hidupku setiap kali mengagumi dia “Mengapa Papa tidak mencintai wanita ini? Bukankah dia cantik, tegar, pekerja keras, mandiri dan luar biasa? Bukankah Papa seharusnya menjadi orang yang beruntung mendapatkan dia.”
Tapi saat itu aku melihat sisi tegar dalam diri dia masih ada, aku masih melihat bagaimana dia selalu menahan tangisnya, sakit hatinya dan penderitaannya. Aku begitu mengagumi dia tapi aku tak ingin bernasib seperti dirinya. Mengahbiskan separo hidup hanya untuk penderitaan bersama Papa. Selama penikahan tidak ada cinta sedikitpun yang ia rasakan dengan Papa. Aku hanya pengamat, pengamat rumah tangga mereka, rumah tangga yang kacau balau, rumah tangga yang rusak karena keegoisan mereka. Aku kasihan, kasihan sama mama dan papa, melihat mereka yang tidak pernah bahagia selama usia pernikahan mereka. Dua puluh tiga tahun menjadi begitu sia-sia tanpa cinta, dua puluh tiga tahun menjadi begitu fana dan kering.
Terima kasih mama dan papa, karena apa yang sudah kalian lakukan membuat kami bertiga tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga itu..
Terima kasih mama dan papa, karena kami kehilangan masa kecil kami yang seharusnya penuh canda dan kebahagiaan.
Terima Kasih Mama dan Papa, karena kaliah kami dibesarkan tanpa mengenal apa itu cinta dan kasih sayang.
Terima Kasih Mama dan Papa, karena kalian aku benar-benar menjadi takut jatuh cinta

Terima Kasih Mama dan Papa, karena kalian sekarang aku justru terlambat berusaha memahami apa itu cinta. Karena saat kanak-kanak aku tidak memahami cinta itu, saat itu aku hampa dan tidak bisa merasakan cinta itu. Saat ini biarkan aku mencarinya Ma…Pa….tapi satu permohonanku….Kalian bersatulah..kalian Jatuh Cintalah….

“Ma, apa Mama pernah mencintai Papa?”Tanyaku beberapa hari lalu.
“Tidak, mama tidak pernah mencintai papamu. Mama menikah sama papamu bukan karena cinta. Selama ini mama bertahan karena kalian nak….”Jawabnya tegar.
“Kenapa Mama sekarang tidak mencoba untuk belajar mencintai Papa?”

***
15 Juli 2006
23.00
Malam semakin larut, angin malam semakin menggigitku, tapi aku terus menunggu malam ini segera berakhir. Kemudian setiap detik berlalu, setiap menit lewat, dan satu jam lagi hidupku kan berubah. Mengapa setiap pertanyaan harus dijawab? Bisakah kita melakukan segala sesuatu tanpa ketergantungan kita pada aktivitas verbal. Terkadang bibir ini sulit berucap dan lidah terasa berat berkata-kata. Halllooooo…semua makhluk yang ada di bumi ini, dapatkah kalian mengerti maksudku tanpa aku harus berucap?????puff……

23.05
Yang menjadi pertanyaanku adalah apa itu cinta? Terus terang aku tidak tau!. Betapa sulitnya aku mencerna, bahkan lebih berat dari pelajaran fisika yang kubenci atau lebih melelahkan dari olahraga lari keliling lapangan 20 kali. Apakah serumit itu? Baik Tira calm down n stay cool!!!!coba untuk berpikir sederhana!
Saat ini dia ada dihadapanmu, I think…you’ve found your Prince White Horse.....
dia seseorang yang selama ini terlepas dari pikiranku, bahkan tidak terbesit bahwa dia orangnya....orang yang selama ini terlepas dari pengamatanku.....orang yang selama ini tidak pernah terpikirkan......tapi justru dia orang yang benar-benar membuatku terpejat dan membuatku mau berkomitment.......
Saat itu aku hanya merasa..aku tidak sendiri……..
Karena aku tidak ingin sendiri....

16 Juli 2006
time: tak terdeteksi

Oh bulan lihat kami, oh bintang baca hatiku, oh binatang2 malam baca hatinya, oh angin haruskan aku berucap kata cinta, oh malam aku tau tanpa berucap dia mengerti maksudku……dan aku membuat revolusi dalam hidupku pada malam itu............
I said to him…
“Yes, I do!”

No comments:

Post a Comment