Tuesday, July 12, 2011

Miss Killer

Hahhahaha, tiba-tiba saja aku teringat dosen killerku *lho?

Miss Killer, begitu aku menyebutnya, dosen paling galak dan paling sering menjadi headline news gosip mahasiswa maupun mahasiswi di kampus. Tinggi badannya hanya 4-5 cm lebih pendek dariku, rambutnya juga pendek, bibirnya lebar, berkacamata, warna kulitnya coklat seperti wanita jawa pada umumnya, selalu menggunakan blazer dengan sepatu high heels, diusianya yang berkepala tiga, dia seperti wanita single metropolis pada umumnya -sangat mandiri-. Miss Killer sangat murah senyum, tetapi dalam waktu sedetik kemudian dia bisa marah bagai nebusa. Miss Killer bisa memanggil kita "Cah Ayu" tapi sejenak kemudian berkata "Are you stupid?"


Banyak mahasiswa selalu menghindari kelasnya, berharap-harap tawaran mata kuliah semester depan dengan dosen yang lain. Banyak mahasiswa yang sudah terjebak dikelasnya pun memilih untuk bolos kuliah dan menggagalkan mata kuliah tersebut. Banyak mahasiswa bahkan menghindari program studi kami -PUBLIC RELATIONS- yang dinilai susah lulusnya selama Miss Killer itu ada. Banyak mahasiswa juga menanti kepergiannya melanjutkan studi gelar doktornya agar kampus menjadi aman dan tentram.

Namun berbeda dengan aku. Aku justru mengaguminya. Entah kenapa, tapi aku kagum sama Miss Killer. Bagiku dia wanita pintar, bukan sekedar pintar tapi smart. Aku sangat terkesima dengan metode pembelajarannya, aku terkesima dengan cara marah dia yang memang beralasan, aku terkesima dengan cara bicara dia yang memiliki tone, aku terkesima dengan cara jalan dia yang penuh percaya diri, aku terkesima dengan kefasihannya berbahasa inggris. 

Ketika banyak mahasiswa menghindari mata kuliahnya, aku justru memilih mata kuliah asuhannya, aku mengambil kelas Public Speaking, kelas Manajemen Humas, dan kelas lain asuhannya. Ketika yang lain menghindar jadi pengurus kelompok profesi PR.Com karena diasuh oleh Miss Killer, aku justru mengambil peran pengurus inti didalamnya. Ketika dibuka kesempatan menjadi panitia pada seminar nasional, tak ada yang berani mendaftar, tapi aku tetap join. Ketika jam mata kuliahnya tak ada yang berani menanggapi presentasi kelompok lain didepan, aku justru nekat mengacungkan tangan.

Tapi jangan dikira dengan memasuki lubang buaya itu aku selamat. Di kelas bahasa Inggris, komentar berbahasa inggrisku yang buruk di depan sukses membuat dia menghentikan perdebatan kami dan mengatakan muak di kelas itu. Dia juga berhasil memberi nilai C- pada mata kuliah bahasa inggris Reading Comprehension, satu-satunya mata kuliahku yang gagal. Di semester selanjutnya, aku justru semakin menggilai mata kuliahnya, bahkan aku mengulang mata kuliah yang gagal tetap dengan dosen yang sama, dibawah bimbingan Miss Killer. hasilnya dari C- menjadi A (cihuyyyyyy).

Masuk lubang buaya memang harus sudah tau resikonya, begitupula ketika bergabung dalam organisasi yang dipimpinnya, hari demi hari ada cercaan. Teriakan "Kamu bodoh" sangat terbiasa di kuping kami, "otak kamu dimana sih?", "hey, kamu sudah ambil mata kuliah manajemen humaskan? kok tetep goblok sih?", "kalian ini masih SMA ya?", "Kamu ga pernah ikut organisasi ya?", itu yang tak pernah terlupakan ketika dia membaca TOR-ku yang buruk menurutnya. tersinggung, itu pasti, secara aku adalah mantan ketua sekretaris OSIS, mantan ketua KIR dan mantan ketua pengawas koperasi. Tiba-tiba ada perempuan yang berteriak di kupingku bahwa pekerjaanku sangat buruk. Banyak panitia yang nangis dan mangkir ketika itu, tidak tahan dengan mulutnya yang ringan menginjak-nginjak harga diri orang lain. Aku hanya terdiam, mungkin hanya aku yang tak mengeluarkan air mata diantara ke-12 panitia tersebut. Itu semata-mata karena aku tak boleh lemah didepannya. Ya, hari-hari yang stress, menegangkan, setiap mengetuk pintu ruangannya bagai membuka kandang ular:
"Tira, jangan datang keruangan saya dengan masalah, kamu harus datang dengan solusi!", JANGAN DATANG BAWA MASALAH TAPI BAWA SOLUSI, saya tau beliau mendidik kami untuk dewasa, beliau tau dunia kerja kedepan jauh lebih kejam, beliau tau ladang pekerjaan kami keras. Saya tetap bangga dengan dia. Jangan pernah nampak bodoh di depannya, jadilah setara dan connect dengannya. 

Meski dengan segala caci makian tersebut, aku terharu dengan nilai A yang di berikan di mata kuliah-mata kuliah lainnya. Waktu sudah berjalan bertahun-tahun, rasanya masih kemarin aku menjadi seorang mahasiswa. Sekarang aku tau apapun yang dia perbuat untuk kami adalah demi kebaikan kami. Aku masih mengagumimu Bu Arum :)

About Miss Killer 

3 comments:

  1. hahhahaha...
    You wrote this several months ago.. and I just found it today...
    I'd like to thank you for all of of your comments, thoughts, and feelings you have written down here :) I always like this quote: it is not the destination that shapes you, but the journey. I wish you all the best!

    ReplyDelete
  2. Hi Bu,
    its really my feelings :)

    Thank you for shaping a small part of my life.

    ReplyDelete
  3. Killer teachers have higher expectations to their students. They mean good to you, in a 'cruel' way. It's good you realize that eventually.

    ReplyDelete