Sunday, December 23, 2012

don't cry!

“jangan nangis”, ujarnya.
“engga, aku ga nangis”
Serbuan cairan dari dalam retina kemudian menyambar keluar. Keluar begitu saja. Memaksa menerjang kedua kelopak mata. Aku mengangkat kepalaku ke arah langit-langit menahan tetesan air mata yang mengalir tanpa diundang. Tapi sayangnya tak tertahankan. Dan akhirnya benar-benar jatuh.
“tuh kan nangis lagi”
“engga kok biasa ajah”, berbohong, toh tetesan itu sudah turun sampai ke pipi. Tanpa kompromi. Tanpa mengenal situasi. Malu. Wajah tiba-tiba memucat. Mata bengkak mirip kodok.

Aku melepaskan kaca mataku, menyapu cairan itu dengan sapu tangan. Kami kemudian terdiam.
“aduh nangis lagi”, ujarku sambil menertawakan diri sendiri. Dia mematung.



Seharusnya bukan ditempat seperti ini. Di antara kerumunan orang-orang yang melihat dengan aneh tapi berusaha cuek. Disini, alunan saxophone Christmas, di sebuah café yang sedang dipenuhi penikmat kehangatan kopi atau teh. Diluar langit senja datang bersama hujan Desember. Persis seperti 3 tahun yang lalu di tempat yang sama dengan cuaca yang sama. Disini. Ya, ada hujan, ada lagu natal.
Yang berbeda hanyalah raut wajahmu, disini, tiga tahun lalu adalah wajah yang tersenyum. Malam ini, disini adalah wajah yang terpukul. Tahun ini kata orang-orang tahun kiamat, tahun dimana segala sesuatu berakhir. Mungkin benar, berakhirnya sesuatu diantara kita bukan. Haha *tertawa sinis.
Tapi setiap pembicaraan itu. Setiap kata yang terlontar dimulutku. Aku tak menyesalinya. Karena sebelum aku mengatakannya, aku telah berperang. Peperangan antara “feeling” and “faith”. Dan inilah keputusan itu!
“kamu pasti bertanya kenapa aku terlalu sering menangis dihadapanmu?”
Dia mengangguk*
“aku menangis karena aku merasa menyakiti perasaanmu, aku sedih karena aku melakukannya lagi”.
Malam itu, rasanya lega banget! Bukan karena keputusanku yang mengagetkan itu, tetapi aku bisa mengungkapkan mengapa kita tidak bisa bersatu. Alasan yang selalu sulit aku lontarkan, alasan yang tak bisa diterima akal sehat. Enam tahun. Aku menghargai waktu itu. Aku menghargaimu.
Jika kamu masih mempertanyakan hal ini, jangan bertanya padaku, tanyalah padaNya. Deal?

Matos, Malang, 23 Desember 2012

No comments:

Post a Comment