Wednesday, June 29, 2011

gaji pertama

30 Juni 2006
mengenang kembali saat itu tak bisa lepas dalam ingatan, setiap bulan dan tahun berlalu hingga sampai detik inipun aku masih tersenyum. Didalam toilet, duduk diatas closet duduk, disitulah salah satu tempat favoritku disekian banyaknya ruangan berlantai 23 gedung Graha SCTV (sekarang gedung Mitra). Aku sangat suka dengan toilet bersih :)

Hari itu kakiku melangkah memasuki lift, menekan tombol 3, mencari setiap lorong dimana kasir berada. Sepatu high heels berwarna hitam, celana kain satu-satunya, dan kemeja berompi, di tangan memegang erat kartu tanda magang bertulisakan nama dan jangka waktu magang. Yang membanggakan lagi di baris kedua tertulis nama divisi dimana aku bertugas: PUBLIC RELATIONS

Siapa yang tidak bangga bisa duduk di meja magang bagian humas, tidak banyak yang bisa menempati tempat ini. Ada banyak anak magang bisa masuk di stasiun TV ini, tetapi hanya sedikit yang diterima di bagian humas.  Tidak terlalu sulit menerima anak magang untuk ditempatkan di bagian news, promo, produksi maupun HRD tetapi tidak mudah diterima di bagian divisi HUMAS. Bukan karena divisinya bergengsi, tetapi karena hanya bisa 1 anak magang yang bisa ditugaskan disini. Hanya dibagian Humas juga mereka mendapat meja khusus dengan fasilitas komputer. Kami sangat diberdayakan disini. Hanya bagian humas juga yang dipilih berdasarkan tes wawancara dan tes tertulis. Yang gagal bisa tidak diterima magang sama sekali atau minta ditempatkan di divisi lain.

Nasib anak magang jelas bagai anak baru kemarin yang bontot. Panggil sini, panggil sana, bawa ini, buat ini itu, dan sebagainya. intinya dikerjain. tapi senang, karena jika divisi lain mengeluh karena banyak nganggur, di mejaku aku bisa disibukkan setengah mati :)

Tidak semua anak magang mendapatkan uang lelah. Tapi tentu saja divisi saya memberi gaji bagi petugas magang-nya. Hari ini aku mendapatkan gaji pertamaku, jumlahnya memang kecil, tapi bagaimanapun inilah gaji pertama dalam hidupku setelah bekerja satu bulan penuh di ruang AC yang sangat dingin itu.

Langkahku sudah sampai di depan meja kasir, memberikan tanda identitas magang, menandatangai bukti penerimaan dan menerima amplop yang di lem rapat. Aku langsung turun melalui tangga, memasuki toilet favoritku di lantai 2, melihat wajah sejenak di depan kaca, mencuci tangan, sedikit membasahi rambut, dan berbicara pada diriku sendiri: Ternyata kamu bisa melakukannya!

Aku langsung memasuki bilik toilet, duduk diatas closet duduk, mengambil amplop dari dalam saku celana. Terdapat 5 lembar uang berwarna merah, masing-masing senilai Rp. 100.000. Aku ingin berteriak senang, tertawa kencang, tapi tertahan, tersenyum sambil berulang kali mengucapkan TERIMA KASIH TUHAN!. Amplop yang kupegang adalah uang pertama kali yang kuperoleh setelah bekerja sebulan. Bukan uang kiriman papa. bukan uang kiriman tante. Bukan pula uang nemu dijalan. Uang terbanyak yang kuterima dari hasil jerih payahku :). 

Meski nominalnya tidak besar, dan tetap kurang untuk bertahan hidup di Jakarta, aku tetap mengucap syukur, aku tetap memberikan perpuluhan, dan aku tetap bangga dengan yang kudapatkan. Karena kini jumlahnya berlipat-lipat dari yang kuperoleh waktu itu, dan aku tetap mengingat toilet itu. Tersenyum bila mengingatnya, saat-saat indah menumpahkan rasa kebahagiaanku ketika di dalam TOILET.

Jakarta, Juni 2006


No comments:

Post a Comment