Sunday, September 21, 2014

Wanita itu bernama “Anie Marie Mihing”

Bermula dari aplikasi Holy Bible di smartphone yang error,  pagi ini aku membuka Alkitab lamaku ke gereja. Alkitab yang sudah 16 tahun bersama denganku. Pemberian seseorang yang punya pengaruh besar dalam hidupku. Yang punya bagian penting dalam masa kecilku. Yang tak bisa terlupakan.

Mama Anie, begitu aku memanggilnya. Wanita berambut ikal pendek, bertubuh mungil, berkaca mata plus, berkulit kuning langsat. Dia suka menggunakan bando yang disematkan pada rambutnya yang beruban. Setiap sore tiba, dia selalu memegang bolpoint lalu mengisi teka-teki silang. Dia pandai memasak dan menjahit. Dan seperti orang-orang jaman dulu, suka mendengarkan siaran radio Brama Kumbara yang diputar setiap pukul 2 siang.

Wanita itu pernah menggendongku di tengah hujan deras. Terburu-buru melintasi jalan berbecek yang pinggirnya ditumbuhi pohon salak dan rumput liar. Malam begitu gelap, hanya sedikit penerang lampu diujung belokan yang dipenuhi Laron. Tiba-tiba suara halilintar memekik telinga.

Tangan kecilku menggendong erat lehernya, tubuhku bersandar pada dadanya, dan kakiku melingkar pada pinggulnya. Kakinya terantuk batu, tubuhnya sekejab rebah, demikian pula aku. Kami berdua meringkuk dipenuhi lumpur. Aku hanya memekik sambil memejamkan mata. Tangannya terus mendekapku, tubuhnya menggigil kedinginan. kami sudah basah kuyup.

Kini dia berusaha menopang kakinya sambil mengangkat tubuh kecilku. Kali ini dia menutup wajahku dengan tangannya, melindungiku dari titik air hujan yang sudah terlanjur membasahiku. Kakinya mulai melangkah lagi, suaranya mengaduh, berlalu. Deras hujan itu terus menghajar tubuh kami yang dipenuhi lumpur. Tapi aku merasa aman dalam dekapannya.




Pernah aku bersembunyi dibalik punggungnya. Sambil menangis, memegang pinggulnya seerat mungkin. Tanganku gemetar. Dari arah depan, jari-jarinya menggengamku, menutupi wajah kecilku dengan tubuhnya. Aku tau, bersamanya aku aman, berharap tak ada satupun yang mengambilku. Aku gelagapan, menyelamatkan diri dari serangan pria yang kalap didepanku saat itu. Tubuhku habis dipukulnya, luapan amarah dari mata lelaki itu membuatku berlari mencari perlindungan. Ya, perlindungan di balik punggung wanita ini.



Suatu malam aku menangis. Aku terbangun tanpa wanita itu disampingku. Padahal baru tadi dia merebahkan diri disebelahku. Setiap malam, dia akan menepuk pantatku dengan pelan, sampai aku tertidur dengan pulas. Tapi malam itu ketika membukakan mata tanpa ada dia, aku menangis semalamam di pojok kamar. Sampai aku tertidur lelah, hingga pagi itu engkau membangunkanku. Terima kasih karena kau masih ada.

Hari itu kau akan pindah. Meninggalkan pulau Jawa, kembali ke kampung halamanmu, Borneo.  Hatiku berteriak, ingin pergi bersamamu. Janjimu, kau akan kembali. Ya, bagaimana mungkin aku melupakan ucapan itu, kau akan kembali. Atau itu hanya ucapan "biasa" orang dewasa pada seorang anak kecil yang polos. Aku hanya tak bisa menerima diriku kala itu. Seperti ada suara kecil dari dalam sini bahwa engkau tak akan kembali. Yang aku tau bahwa hari itu awal mula hidupku yang SENDIRI.


Sudah 16 tahun sejak engkau meninggalkanku.

Sudah 16 tahun ketika malam itu untuk pertama kalinya berdoa memohon pada Tuhan sambil menangis dan bersimpuh. Untuk pertama kalinya aku jujur pada Tuhan bahwa aku takut ditinggal sendiri olehnya. Untuk pertama kalinya menjerit pada-Nya dengan tenaga yang sudah habis. “jangan ambil dia dariku!”. Dan hari hari setelah itu tak begitu mudah untuk dilewati. Siapa lagi yang bisa memberi rasa amanku? siapa lagi yang akan memelukku dari badai? siapa lagi yang bisa melindungiku dari pukulan-pukulan berat dunia ini.

***

Alkitab ini diberikan padaku sejak 16 tahun lalu. Dengan pesan yang tertulis didalamnya untuk membacanya selalu dan berdoa.

Lebih dari satu dekade hidupku, aku tetap merasa SENDIRI. Kini aku telah dewasa. Gadis dewasa yang seharusnya kau bangga melihatnya. Bukan gadis kecil cengeng berkucir dua. Bukan pula gadis pendiam yang sakit-sakitan.

***

Terima kasih Mama Anie, karena sekarang aku tau mengapa aku harus membaca Alkitab ini setiap hari. Dengan itu, aku tak merasa sendiri lagi. Aku punya tempat perlindungan. Aku punya tempat yang merasa aman. Kini aku tau ada Penciptamu yang melindungiku.

No comments:

Post a Comment