Thursday, December 31, 2015

my previous chapter is closed...

Hey 2015,

Aku menutupmu dengan senyum sambil bernafas lega, “akhirnya aku bisa melewatinya”.

Ibarat sedang menaiki sebuah perahu dalam sebuah perairan yang begitu luas, tahun ini adalah badai, seperti angin kencang yang hampir menenggelamkan perahuku. Kisah itu persis seperti kisah murid-murid Yesus yang berteriak ketika badai menyerang, “Yesus mengapa Engkau tidur, perahu kita hampir tenggelam”. Tapi mungkin aku tidak dalam situasi teriak namun terdiam. diam tanpa kata.

Pernah suatu ketika, aku memasuki lorong apartemenku, melangkah dengan gontai, membuka pintu unit dengan perasaan begitu takut. Aku melihat setiap sudut ruang, dan aku melihat semua hampa, bahkan memasuki ruanganku sendiri bagaikan meraba-raba sebuah goa gelap tanpa cahaya. Kemudian mataku hanya menatap kosong, dalam hati tak bicara, hanya terdiam tak berkata apa-apa, berdoapun tidak, aku mendiami-Nya, kali itu mungkin hanya sempat terucap, “Tuhan, aku tak ingin bicara apapun dengan-Mu untuk saat ini”.

Tetapi bukan berarti aku marah. Bukan pula menyalahkan-Nya. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala, perlahan air mataku menetes, dadaku sakit, dan aku mulai berlari ke kamar mandi. Aku memuntahkan semua.

Itu bukan sebuah kemurkaan. Bukan pula penyesalan. Aku sedang membayar harga. Sesuatu yang pernah kubeli dengan caraku sendiri, bukan cara Tuhan, hingga ketika aku tau itu tidak membawa damai sejahtera, maka aku tetap harus bertanggung jawab akan apa yang sudah kubeli. AKU MEMBAYAR HARGA.




Apakah badai itu reda?

Iyah. Aku tetap melewati hari-hariku. Ditengah diamku pada-Nya, aku tersadar Dia duduk disebelahku. Tampaknya tertidur, tapi aku salah, dia membelai punggungku, hangat sekali, mungkin belaiannya yang membuatku semakin tak berhenti menangis. Dia tak banyak bicara ketika itu,
“Gadis kecilku, kamu sudah cukup dewasa sekarang, you did well! "

“Mengapa dia seperti menyalahkan-MU?, aku mengkhawatirkannya karena tampaknya dia tak begitu kuat mengandalkan-MU”, kataku.

“Aku mengasihinya seperti Aku mengasihimu, lakukan bagianmu dan Aku yang akan menyelesaikannya”,

“Aku sedang bertanggung jawab atas harga yang telah kuperbuat di masa laluku, dan aku ingin menyelesaikannya”, ucapku dalam rintihan.

Buatku, ini tahun yang hebat, karena dibalik air mata, aku belajar mengatasi badai itu. Ketika angin itu reda, aku merasakan suatu kehidupan baru. Langit biru. Pelangi. Dan angina sepoi sepoi. Disitu aku bersyukur dan merasakan bahwa aku seperti memasuki season baru yang begitu indah.

Bersukacita dalam kesakitan. Kalimat yang mungkin bagi orang lain aneh, ibarat tertawa dalam duka. Bagaimana itu bisa terjadi? tapi itulah yang kurasakan di 2015, aku sudah membayar harga dan kini aku bebas dari masa laluku.

"apa yang ingin kau sampaikan diakhir tahun ini?"

"aku siap dengan petualangan baru yang seru kedepan, my previous chapter is closed...next chapter is coming :)


P.S Terima kasih 2015 yang mengajarkanku drama kehidupan yang begitu indah…selalu indah…ketika ku tau bahwa aku tak pernah berjalan sendirian.

No comments:

Post a Comment