Tuesday, September 10, 2013

Mentari Tak Pernah Ingkar Janji


Pagi ini. Segaris horizontal terang muncul dari ujung cakrawala menggantikan gelap. Degradasi hitam, kuning, orange kemudian kemerahan. Bintang masih berkelip dilangit, namun perlahan memudar tertutup awan. Lekukan perbukitan Gili Meno mulai menampakkan diri.

Pagi ini. Di Gili Trawangan. Fajar masih bersembunyi dibalik cakrawala. Pada akhirnya memancarkan warna kemerah-merahan. Pagi ini pukul 5.45 ketika langit berwarna jingga. Semua nampak siluet, kini hanya dua hingga tiga bintang yang bertahan melawan siang.

Tapi mentari tak pernah ingkar janji. Di balik bukit itu, warnanya yang membara muncul. Yah, disinilah aku tinggal. Dibumi Nusantara yang indah ini. Dimana mentari tropis bersinar sepanjang tahun.

Pagi ini. Aku lega. Menjadi saksi bagi fajar pagi. Dan aku mulai berebah bermandikan pasir sambil kemudian tertidur oleh alunan debur ombak yang meraba bibir pantai.

Salah satu rekan saya pernah menanyakan, “apa enaknya traveling sendirian?”. Bahkan sepulang perjalanan saya ke Lombok, beberapa rekan cukup terkaget dan heran dengan kebiasaan saya yang aneh. Solo Traveling.

Either traveling sendirian atau rame-rame prinsipnya sangat menyenangkan. Masing-masing memiliki kesenangan dan kelebihannya sendiri. Kalau ada teman-teman, moment penting buat kebersamaan, buat diskusi dan buat bisa gila-gilaan.


Beda dengan solo traveling. Moment ini kamu pakai buat memaksimalkan panca indra. Dalam solo traveling, kita pasti takkan banyak bicara. Waktumu sebagian besar dihabiskan dengan mendengar, merasakan, mencium, menghembus dan berbicara dalam hati. Kita bahkan bisa mengajak bicara semut, keong, kerang, ikan di laut, orang-orang baru yang dikenal. Merasakan setiap butir pasir yang bercampur dalam lima warna, merah, kuning, putih, Kristal dan hitam.

Solitude. Yah, itu yang tidak bisa dilakukan jika traveling dengan teman-teman. Solo traveling membawamu untuk meng-introspeksi diri, mengenal siapa kamu, belajar pada alam dan interaksi disekelilingmu, mendekatkan diri pada Tuhan, mengucap syukur sambil berbincang-bincang ringan dengan Sang Pencipta.

Setiap pagi, panduan buku devosi saya mengantarkan pada perikop “Give Thanks”, mengucap syukur. Liburan ini membawa saya pada solitude bukan loneliness. Loneliness is the poverty of self; solitude is richness of self.

Untuk sesuatu yang didepan saya ini, tak habis-habisnya ku mengaguminya. Apa aku harus tertawa terbahak-bahak atau hanya duduk terdiam dengan senyum yang mengerling. Entah bagaimana menumpahkan perasaan ini, yang pasti You are ROCK, GOD! You are COOL!

maka, jangan lagi bertanya; "apakah esok mentari kan menyapamu?". Bukankah mentari tak pernah ingkar janji? Dia selalu menepati janjinya untuk terbit di bumi khatulistiwa ini. Maka teruslah mengucap syukur.

“When you get out of the bed in the morning, be thankful to God, no matter what you face. We should get in the habit of giving God thanks all day long”

No comments:

Post a Comment