Wednesday, September 5, 2012

what is your dream? see the world (2)

Hidup ga akan berarti kalau kamu ga punya mimpi. Kalau hari ini kamu masih belum punya mimpi, BERMIMPILAH. Tapi sesudah itu jangan biarkan mimpi itu melayang dan akhirnya pergi tanpa kita gengam sedikitpun. Buat kamu yang yakin dengan sesuatu yang spiritual, mimpi adalah bagian dari itu. Pengalaman spiritualku yang membawa aku tetap membawa mimpi itu akhirnya datang padaku. Ya, hubungan spiritualku dengan Bapaku.

Percaya ga bahwa sebenarnya mimpi yang sudah tercatat dan tulisan kehidupanmu itu sudah diberikan jauh sebelum kamu memintanya. Tetapi banyak orang tidak meraihnya karena tidak ada keyakinan serta upaya untuk meraih itu, sehingga mimpi yang sudah didepan mata itu pergi begitu saja tanpa kita mengetahuinya.
tetapi ini nyata, ketika aku meneguhkan janji pada diri sendiri di hadapan Anita, teman SD-ku ketika kami masih di kelas 2 SD (lihat: rencana besar dua gadis cilik). "Anita, aku ingin berkelana, melihat dunia, kalau sudah cukup besar aku mau pergi dari rumah dan melihat apa yang ingin aku lihat".

***
Tiba tiba pikiranku terjaga ketika petugas imigrasi di gate kedatangan San Fransisco berseru:"next", aku meninggalkan garis antrian berwarna kuning, melangkah menuju pria gemuk usia sekitar 50 tahun yang masih aktif bekerja di tengah malam seperti ini membuka passport-ku dan bertanya:
"
what is your purpose come to here?"
" business sir, a conference",

"how long you will've been here?".
"1 week, almost 2 week".
Dia membuka setiap lembar, dan mengamati visa yang tertulis jelas "United State of America" di dalamnya. "ok, go!", dia memberikan passport dan kertas form imigrasi. Dan ternyata lolos dengan mudahnya. Kenapa? karena tengah malam dateng, jadi petugas imigrasi ga rese. hehehe.

Rasanya lega melewati wajah wajah tidak ramah itu. Aku merasakan jetleg yang membuat kepala serasa puyeng. Malam di USA, siang di Indonesia, tapi tubuhku masih mengikuti waktu Indonesia. Aku ngantuk sekali di siang hari karena merasa ini malam, dan gak bisa tidur di malam hari karena di Indonesia masih siang. Aneh ya...:)
Tetapi kemudian aku melihat ke jendela luar, melihat wajah belahan dunia lain. Pagi mulai meyingsing, aku melihat cahaya, dan pertama kalinya melihat benua Amerika dari bandara San Fracisco.

***
Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Dallas selama hampir 4 jam dan kemudian ke bandara terakhir di Colorado Springs setelah terbang 2 jam. Kami kemudian di jemput oleh Ian Ang, salah satu staff di compassion USA bersama istri dan anaknya yang mengajak kami tinggal di rumahnya selama 2 malam.

Satu hal yang sangat aku suka dari budaya orang barat adalah mereka selalu dengan tulus mengajak tamu tidur di rumahnya. Mungkin itu wajar, karena rumah mereka sangat layak, sedangkan kita di Indonesia sebenarnya juga sangat welcome, tapi kadang kondisi rumah kita, apalagi yang ngekost kayak gini sangat kesulitan mengajak tamu untuk bisa tinggal.

Tapi disinilah aku belajar bagaimana potret keluarga itu. Sangat menyenangkan melihat keluarga kecil ini. Ian Ang seorang Malaysia yang sudah sangat lama tinggal di Colorado, bahkan cara bicaranya sudah sangat meninggalkan logat melayu-nya. Demikian istrinya, Lisa, wanita latin dari Colombia yang sangat ramah dan melankolis.

Moment yang tak terlupakan ketika dia mencium aroma rambut dan tubuhku, dan melihatku dengan dalam, dengan penuh kerinduan dia katakan.

"Tira, your smell is so asian, honestly, that would make me miss Asia". Mereka sempat tinggal di Malaysia beberapa tahun sebelum pindah ke United State. tentu saja setiap culture punya ke-khasan sendiri. Aku merasa sangat bangga dengan wajah asia-ku bisa membuat orang mengingat kembali masa-masa lalu yang indah ketika keluarga ini tinggal di Asia.

Dan aku semakin tau alasannya mengapa Sang Pencipta membawa aku ke Compassion? Jawabannya adalah Dia ingin mengajarkanku tentang Cherish Family. Aku yang dibesarkan dengan kondisi yang sangat abu abu mengenai potret keluarga membuatku menganggap bahwa keluarga dan pernikahan itu adalah sesuatu yang semu. Tapi kini aku banyak bertemu dengan orang orang baru dari Indonesia maupun belahan dunia manapun yang mengajarkan tentang hangatnya keluarga.

Ini adalah jawaban doa yang lebih dari yang kita ekspektasi. Ini dimulai ketika doa dan puasa setahun yang lalu, ketika pendeta berkata "tuliskan mimpi mimpimu di secarik kertas, masukkan ke kotak doa dan kami akan berdoa untuk kalian". Aku masih teringat jelas apa yang kutulis saat itu.
1. Melayani-Mu
2. Tempat yang membuatku "move forward" and rainy :).
3. Bawalah aku untuk melihat dunia, mendengar banyak bahasa dan budaya.
4. Bawalah aku untuk mengelilingi negeriku Indonesia.

5. Permohonan doa papaku (yang ga bisa disebutkan disini).

Di keempat permintaanku itu, Tuhan membawaku ke Compassion, satu tempat yang lengkap satu paket membawaku ke Bandung, kota berlibur dan sejuk, dalam pelayanan anak anak miskin, berkeliling travelling serta sampai hari ini aku menginjakkan kaki di negeri paman Sam. Ini bukan suatu kebetulan, ini dimulai dengan mimpi!
***

Rumah Ian Ang sangat nyaman, rumahnya mungil dengan 4 lantai, 2 lantai di bawah tanah, dan dua lantai lagi ke atas. Rumahnya sangat hangat dengan perapian dan fasilitas yang sangat high technology. Mesin cuci piring elektronik, garasi otomatis, pintu dengan password, kursi pijat mesin, air mineral yang langsung dari kran, halaman yang luas ditengah pohon pinus, rumah pohon milik Ethan (anak satu-satunya keluarga ini yang berusia 6 tahun), perumahan yang sepi dengan jarak rumah saling berjauhan, langit yang biru dan semuanya indahhhh.

Mereka memperkenalkan setiap ruang dan lantai. Satu hal yang membuatku belajar, ketika aku bertanya pada Lisa, "How could the three of you live in this house which have a lot of rooms?" dan jawabannya "We have planned itu, we are welcome all our friends come to our house!". Kesimpulannya sederhana: selalu memberi dan memperhatikan! that's it. Dan aku memiliki mimpi baru, suatu saat kalau aku punya rumah, aku juga akan buat extra kamar agar teman dan keluarga yang jauh bisa datang dan menginap di rumah kami kelak.
Satu kalimat terlintas "what a wonderful world", dunia ini emang ajaib, dengan budaya, manusia, bahasa, alam dan cakrawala yang membuat kita ternganga. Betapa Sang Pencipta terlalu Agung.

Ian's house, 5th of September 2012.

No comments:

Post a Comment