Thursday, April 1, 2010

Kamis Putih: Di Taman Getsemani

“Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: Berdoalah supaya kamu jangan jatuh  ke dalam pencobaan”. Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, katanya: Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Injil Lukas 22:40-42

2000 tahun kisahNya sangat fenomenal dan tak memudar, Ia sangat dikenal hampir diseluruh penjuru dunia, tak ada yang tak mengenalnya, sekelompok nasrani menyebutnya Yesus Kristus, kelompok muslim menyebutnya Isa Almasih. Kisah tukang kayu dari Nazaret, wilayah Galilea tak jauh dari Yerusalem, desa/kota yang tak tertulis dalam peta dunia.

Begitu dasyatnya manusia memiliki akal dan kecerdasan, sehingga memang sangatlah tidak bisa dikupas secara logika mengenai sosok Kristus ini. KeberadaanNya memiliki pro dan kontra, ada sebagian yang menentangNya, ada sebagian yang meyakini-Nya dan sebagian lagi tidak menentang namun tidak pula meyakini-Nya. Aku termasuk satu dari sekian banyak yang meyakini bahwa Dialah Tuhan Allah.

Bagaimana mungkin kamu menyembah manusia/nabi yang mengaku Tuhan?. Ya, begitulah logika pertanyaan yang banyak menderu. Bahkan Injil sendiri selalu menyebut bahwa Yesus selalu berbicara dengan Bapa-Nya, jika Dia adalah Allah, kenapa dia harus berbicara dengan sosok lain yang menurut Dia adalah Allah?. Mengapa pula harus menyebutkan Tri Tunggal –Anak, Putra, dan Roh Kudus- jika menyembah satu Tuhan?.

Itulah kekuasaan-Nya yang besar, begitu dahsyat Dia sehingga manusia tak kuasa mengupasnya secara nalar dan logika. Dan aku percaya bahwa ada sesuatu diluar kedua hal itu yang tak bisa di analisis melalui logika, yaitu IMAN. Dunia pasti menolakNya, karena Dia bukan berasal dari dunia.

Peristiwa kematian-Nya merupakan perenungan bagi umat kristiani. Rentetan kejadian sebelum Ia di salibkan, perjamuan malam terakhir, Doa di Taman Getsemani, ciuman pengkhianatan Yudas, diadili oleh manusia, hingga peristiwa penyaliban.

“Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”, Lukas 22: 44b. Di Getsemani adalah waktu dimana Ia yang adalah Bapa berdoa dan berserah. Tetapi hal besar yang dia ajarkan, “Kata-Nya kepada mereka: Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan”. Peluh-Nya menandakan penyerahan Diri, tetapi kita manusia berdosa hanya tertidur.

No comments:

Post a Comment