Sunday, July 26, 2009

si hantu

Hampir 6 tahun si hantu tidak pernah absen mengirimkan sms ke selulerku
Hampir 6 tahun si hantu menjadi si paranoid
Hampir 6 tahun si hantu menjadi si pengganggu dan si penjaga hati
Kapan si hantu akan pergi menjauhiku!??


Perkenalanku dengan dia sekitar  awal tahun 2004, saat kegiatan mahasiswa “Communications Expo” di kampus Mrican Gedung Santo Alfonso.  Diruang computer/ruang fak hukum (aduh lupa..) saat ada acara lomba, suasana begitu tenang, seorang pria bertubuh besar, tinggi kurang lebih 180 cm, berkacamata, menggunakan baju pe-sepak bola dan bercelana kain yang kala itu juga menjadi panitia datang mendekati saya dan kami saling ngobrol. Dari perkenalan itulah aku tau bahwa dia kakak satu tingkat diatasku. Berbeda dengan cowok pada umumnya, dia sangat banyak berbicara dan cenderung lebih blak-blakan.

 
Sejak pertemuan itu, dering sms tiap hari tak pernah absen, walau hanya sekedar bercerita tentang kekagumannya dengan seorang gadis, aku menjadi pendengar yang baik. Karena menjadi sasaran curhat dan penyimpan rahasia dari teman-temanku adalah sesuatu yang membanggakan. Itu pertanda bahwa diriku adalah orang yang mampu dipercaya. Sejak saat itu, aku menjadi adik bagi dia, karena setahun lebih muda tentu saja tidak masalah bagiku. Toh dia selalu membantuku, memberi masukan banyak mengenai tugas kuliah, siap menjadi supir kemanapun pergi serta teman berbagi cerita saat dia ditolak oleh seorang gadis. Bagaimana tidak, selera dia memang tinggi, semua gadis impiannya bertubuh tinggi, langsing, proposional, berambut panjang, dan good looking.


Bahkan sampai saat ini, aku masih menyimpan rahasia mengenai surat kaleng pernyataan cinta-nya pada seorang gadis di kampus kami yang dikirim ke alamat fakultas. Kala itu ceritanya cukup menghebohkan, sampai para dosen ikut penasaran siapa yang mengirimkan surat cinta itu pada si “S”. Tentu saja, sebagai teman yang baik, aku hanya ikut tersenyum menggoda si “S” sambil menyimpan baik-baik kebenaran bahwa akulah yang tau siapa si pengirimnya :). Dia memang pengejar sejati, pengagum wanita. Tapi ternyata kala itu dia cukup rapuh, mudah terguncang emosi. Mungkin itulah yang membuat dia merasa cocok dengan aku. Karena aku seorang yg keras, tanpa hati, anti cinta, anti kerapuhan.


Kala itu sekitar semester 2, Jogja semakin ramai dengan bertambahnya club-club malam yang menawarkan kemudahan bagi mahasiswa. Aku, si remaja yang mencintai kebebasan ikut tergiur oleh kegelisahan malam yang dipenuhi music techno, permainan tangan DJ dan berliter-liter alcohol. Kesenangan itu membuatku terbuai setiap malam, dugem (dunia gemerlap) memang sangat gemerlap, berkenalan dengan teman baru, mencicipi setiap gelas tequila, long island, jack daniels, cocktail, dan bir, menghisap Marlboro Menthol, menikmati setiap detakan music yang membuat tubuh kita bergerak dengan sendirinya. Surga dunia terlalu nikmat. Euphoria sesaat yang bisa membuatku melupakan masalah kedua orang tua-ku saat itu. Aku bebas.


Sejak saat itu, si hantu menjadi sangat lebih protective menghubungiku. Dia seperti ketakutan melihat ulahku. Meskipun dia tidak pernah ikut masuk, tapi dia selalu mengontrolku tiap menit melalui selulernya. Aku? Aku sangat merasa terganggu. Aku tidak suka di control, aku tidak suka diatur!!!. Suatu hari pukul 5 pagi aku kembali dari club, tidur sejenak di kost-kostan Patty, teman clubbingku. Berharap bisa tidur 1 jam saja untuk menghilangkan rasa pusingku karena pukul 7 ada kuliah pagi. Dering HP dari si Hantu membangunkanku, menawarkan untuk mengantar ke kampus. Sepertinya dia kaget, karena sangat jarang mahasiswi yang sudah semalaman clubbing masih aja niat ke kampus. Ya, iyalah, clubbing cuman kesenanganku saat ini, kuliah adalah masa depanku. Kuliah tetap yang pertama dan tujuan utamaku datang ke Jogja!. Plis, jangan memandang sebelah mata para alcoholic & dugemers!


Tapi si Hantu, semakin menjadi paranoid!
“Aku takut, kalo terjadi sesuatu dengan kamu saat kamu ga sadar, kamu diapa-apain ama cowok!” itu yang pernah dia katakan saat menyetir mobilnya yang melaju di Jln. Solo-Jogja.

“Ga sadar, aku tuh pergi ama teman-teman yang bisa aku percaya, aku bisa mengontrol diriku sendiri!” begitu pertahananku memuncak dengan nada cuek.

“Aku juga takut, kamu jadi kehabisan uang karena terlalu sering masuk tempat-tempat seperti itu!”, lanjutnya.

“Emang kamu kira aku masuk pake uang? Aku minum pake uang sendiri? Goblok banget dunk aku. Ya di bayarinlah!!!”, jawabku. Begitulah selanjutnya aku menyebut dia paranoid. Paranoid yang berlebihan. Mungkin karena dia anak bungsu dan tidak punya adik perempuan, sikap protective-nya dan paranoidnya dengan menelpon & sms aku tiap menit bisa menenangkan dia. Tapi aku, merasa ruang-ruang dalam kebebasanku terpasung!

Satu hal yang lucu dari si Hantu. Dia tidak menginginkan anak-anak kampus mengetahui kedekatan kami meski hanya sebatas kakak-adik. Saat kami berjalan-jalan di Galeria Mall, dia me-wanti-wanti, “Kalo kita ketemu anak kampus, kita langsung pisahan, jangan sampai mereka liat kita jarang bareng, malu aku keliatan jalan bareng banget ama kamu”, tungkasnya. Waduh, emang aku si buruk rupa ya? Emang sie aku kurcaci, rambut pendek, gak modis, ya kurang menjuallah kalo dibawa pergi ke mall. Tapi, setauku aku tuh ga jelek, malah manis kok wajahnya (hi25x, narsis). Tapi aku ga tersinggung kala itu, aku cuek aja, karena aku merasa tidak boleh menjatuhkan pasaran dia juga untuk mendapatkan gadis-gadis cantik di kampus. Hu…..!


Berbulan-bulan, dan tahun demi tahun terlewatkan. Dia tetap jadi si aneh yang menjadi teman sharing, melalui dia aku tau karakter dosen-dosen, melalui dia aku tau rahasia-rahasia kampus, dan kisah-kisah kakak kelas. Dia memang “bocor”!”. Mengenai impian, adalah topik yang menarik bagi kami. Maka kami akan gambling, apakah aku atau dia yang mampu meraihnya. Seperti impian-impian kami untuk magang di media-media besar. Dia dengan impiannya magang di Tabloid Bola, dan aku dengan impianku magang di SCTV yang kala itu sebagai pemegang hak siar Piala Dunia. Impian bekerja di media besar sebelum meraih Sarjana. Dia yang bekerja sebelum lulus di Detik.com dan aku yang dikontrak SCTV sebagai satu-satunya karyawan kontrak yang non-S1. Semua itu impian kami dari pembicaraan dalam mobil. Kami mampu meraihnya!!!


Si Hantu, begitulah aku menulisnya dalam phonebook hp-ku. “Hantu’02”, yang berarti si hantu angkatan 2002. Ha..ha…, itu karena dia selalu menghantuiku, tiap pagi, siang, sore bahkan tengah malam saat aku tidur, dia selalu mengangguku! Teman-temanku merasa sangat heran denganku, mengapa masih saja meladeni si hantu, padahal aku sendiri sering merasa kesal dengan ulah dia yang suka tiba-tiba datang kerumah, suka ngomong jorok, BF maniak, tiba-tiba sms dan telepon di saat yang tidak tepat, dan banyak hal. Tapi, aku yakin, dia orang yang baik.


Si Hantu,
Kala itu aku lupa kapan terakhir kali perpecahan diantara kami muncul. Tahun 2006. Pagi itu saat aku baru pulang clubbing, terasa pusing, ingin muntah, ingin tidur. Tiba-tiba dengan parno-nya dia datang ke rumah. Mengetuk-ngetuk pintu depan, dan memanggil-manggilku. “Nadia…nadia…”. Begitulah dia memanggilku, bukan dengan nama asli, karena katanya aku mirip Nadia Vega (mirip dari Hongkong). Aku lelah, emosi, butuh istirahat. Dengan terpaksa membuka pintu ruang tamu, dan melihat dia kemudian mengungkapkan isi hati. “Bsdchaegcakh ncafa nkanvdg fjdf”. Arrgghh…Nembak???. Emosiku semakin meninggi, aku melakukan tindakan diluar control, aku menutup pintu dengan keras, pertanda aku mengusirnya. Kesal, Marah, entah apapun namanya, perasaanku begitu kalut. Alasannya? Aku sangat kesal karena orang yang aku anggap kakak ternyata jatuh cinta padaku. Itu saja intinya. Aku kecewa!. Aku berkali-kali kecewa karena hal ini. Karena terlalu sering, terlalu sering kejadian seperti ini terulang dan terulang lagi. Aku begitu kesal jika sahabat yang aku sayang tiba-tiba jatuh cinta padaku. Aku begitu kesal jika abang yang aku idam-idamkan sosoknya selama ini ternyata jatuh cinta padaku. Dan si Hantu menjadi orang yang kesekian kalinya mengecewakanku!.


Meski sampai saat ini, si hantu masih menjadi hantu yang menganggu hari-hariku. Sejak saat itu dia sudah menjadi bagian yang jauh dariku. Semakin jauh lagi dengan jarak yang memisahkan. Dia bukan kakak lagi bagiku. Orang yang sempat mengecewakanku. Si Hantu hanyalah teman. Kalau kamu baca blog ini, semoga kamu memahami maksudku Hantu. Kapan si hantu akan pergi menjauhiku!??


No comments:

Post a Comment