Saturday, March 25, 2017

Hey,
Setahun lebih tidak membuka blog ini :)
Aku baik-baik saja, dengan kehidupan yang baru, yang lebih seru pastinya.
Aku sedang menikmati 4 musim, dunia barat yang liberal, modern dan individualis.


So, apa kabarmu?
Kabarku baik, tentu dengan petualangan-petualangan baru.
Yang pasti aku bukanlah yang dulu, aku adalah aku yang sekarang :)
dengan kisah dan drama kehidupan yang baru.



Den Haag,
Maret 24



Thursday, December 31, 2015

my previous chapter is closed...

Hey 2015,

Aku menutupmu dengan senyum sambil bernafas lega, “akhirnya aku bisa melewatinya”.

Ibarat sedang menaiki sebuah perahu dalam sebuah perairan yang begitu luas, tahun ini adalah badai, seperti angin kencang yang hampir menenggelamkan perahuku. Kisah itu persis seperti kisah murid-murid Yesus yang berteriak ketika badai menyerang, “Yesus mengapa Engkau tidur, perahu kita hampir tenggelam”. Tapi mungkin aku tidak dalam situasi teriak namun terdiam. diam tanpa kata.

Pernah suatu ketika, aku memasuki lorong apartemenku, melangkah dengan gontai, membuka pintu unit dengan perasaan begitu takut. Aku melihat setiap sudut ruang, dan aku melihat semua hampa, bahkan memasuki ruanganku sendiri bagaikan meraba-raba sebuah goa gelap tanpa cahaya. Kemudian mataku hanya menatap kosong, dalam hati tak bicara, hanya terdiam tak berkata apa-apa, berdoapun tidak, aku mendiami-Nya, kali itu mungkin hanya sempat terucap, “Tuhan, aku tak ingin bicara apapun dengan-Mu untuk saat ini”.

Tetapi bukan berarti aku marah. Bukan pula menyalahkan-Nya. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala, perlahan air mataku menetes, dadaku sakit, dan aku mulai berlari ke kamar mandi. Aku memuntahkan semua.

Itu bukan sebuah kemurkaan. Bukan pula penyesalan. Aku sedang membayar harga. Sesuatu yang pernah kubeli dengan caraku sendiri, bukan cara Tuhan, hingga ketika aku tau itu tidak membawa damai sejahtera, maka aku tetap harus bertanggung jawab akan apa yang sudah kubeli. AKU MEMBAYAR HARGA.

Friday, October 16, 2015

don't cry! (part 2)

Hi Kunang-kunang,

kenapa kamu menangis lagi?
Lepaskan dulu topengmu itu dan menangislah sekencang-kencangnya.
Menangis hingga kamu lelah.
beri ruang waktumu untuk meratap.
Tuhan memberikan air mata padamu untuk menangis.

menangislah.
lalu tersenyum lagi.

kamu akan baik baik saja.
Berdoa agar dia juga baik baik saja disana,
seperti yang selalu kamu lakukan, mendoakan dalam diam.

berhentilah bertanya pada yang Kuasa
jangan tawar menawar lagi.
jika kamu tak kuat

menangislah.
lalu tersenyum lagi.

ps: ada banyak hal yang tak kau tau dan tak perlu kau tau, biarlah menjadi misteri.




don't cry!



Sunday, August 2, 2015

I should have left my spiritual mentor when i was in college.
I should have listen her advice to be a girl who follow God.
I didn't
I decided by myself and i close my ears from God's voice.

My early 20's was so selfish
I was angry to God and i though that my mentor try to control me.
I don't really like church
I just wanted to be seculer,

Ten years passed really fast,
I realize that i get the consequences of my mistaken.
It doesn't mean God punished me...
No...He loves me so much
He is always knocking my heart
Trying to speak my mind since in the beggining.

After ten years,
I am kneeling down before Him
Crying all the night
Say big apologize and ask merciful.

I was crying because He didn't give me what i want
But now, i am crying because He is so good to me
He teaches me a lot about LIFE and LOVE
And i am so thankful to Him

He never leave nor forsaken me.
He says to me "I am same, in the past, present and future"
And you different, your past is sinner, now you are forgiven, the future i will use you beyond your expectation.

"Just wait and be patient, My daughter!
I love you more than you know, the cross is the evidence that you are special for Me"



- Posted using BlogPress from my iPad

Tuesday, July 28, 2015

In front of mirror

Malam ini aku berdiri didepan kaca
Melihat diriku dalam kepolosan
Mengamati setiap inchi dan lekukan
Memandang bagaimana tubuh ini bergerak

Aku melihat diriku sebagaimana aku
Yang tak tau arah melangkah
Bagaikan orang buta yang meminta Penuntun
Dan tongkatku bernama iman

Lihatlah nona,
Siapa kamu? Hanya seonggok daging yang ditinggalkan
Tapi rohmu begitu berapi api

Tubuh ini fana
Tapi akan terus kupakai untuk maksud yang mulia

Aku kemudian menutup mata
Tersenyum
Karena sekarang begitu gelap
Tapi terang sedang didepan mata



- Posted using BlogPress from my iPad

Thursday, July 23, 2015

Hey cappucino

Hey cappucino,
Aku sudah melepaskan Panjul, dan aku benar benar tak akan mendengar suaranya lagi.
Panjul telah pergi ke perantauannya yang begitu nyaman. Ada sarang yang rindang dan cuaca yang hangat disana. Aku turut bahagia.

Aku meminum cappucino lagi hari ini.
Aku sedang melangkah di jalan yang baru.
Secangkir yang membuatku lebih bersemangat,
Untuk belajar mengikuti rencana-Nya yang ajaib.

Ah, tahun ini begitu berat.
Aku sedang diuji.
Supaya lulus ke kelas selanjutnya.

Aku menghela nafas.
Tapi tetap tersenyum.
Karena ini chapter baru dalam kehidupanku.
Selamat datang di bab baru :)


Jakarta, 23 Juli 2014


- Posted using BlogPress from my iPad

Sunday, July 12, 2015

Hidup itu belajar

Iyah, betul, hidup itu belajar.
Memang ga semua mata pelajar menyenangkan, bahkan kadang rasanya ingin menghindar dengan pelajar yang tak disukai.
Tapi semua harus dijalani sebagai syarat kelulusan hidup.

Kalau boleh menoleh kebelakang, jika boleh mengulang mata pelajaran yang gagal, aku ingin melakukan satu hal.
Jika kembali ke usiaku yang ke 21, aku tak akan meninggalkan kakak rohaniku, meninggalkan gereja, dan lari dari Tuhan dalam keputusan masa mudaku.

Seharusnya aku tidak melakukan kebodohan itu sehingga kemudian banyak kesalahan yang kubuat yang pada akhirnya tidak hanya menyesaliku tetapi orang yang kukasihi.

Kalau boleh mengulang mata pelajaran,
Aku akan melibatkan Tuhan sepenuhnya dalam setiap hubungan yang kubuat.
Aku seharusnya menyadari dari awal bahwa diriku adalah istimewa dan berharga dimata Tuhan.
Aku seharusnya bisa sigap dari awal bahwa konsekwensi dari kesalahan ini akan menyakitkan dimasa mendatang.

Tapi toh aku tak bisa mengulang mata pelajaran yang gagal itu.
Yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti mata pelajaran yang baru dengan keyakinan tak akan gagal lagi.

Hah, aku menghela nafas.
Aku merasa drama ini begitu panjang dan aneh.
Aku tau bahwa Tuhanku sudah mengampuni.
Tetapi tetaplah aku menanggung konsekuensi atas dosaku.
Dan aku bersabar melewatinya.

Aku hanya ingin tertawa karena kebodohanku.
Dan akupun menangis atas kesalahanku
Lalu aku tersenyum karena diberi penghiburan oleh-Nya

Buat seseorang disana
Terima kasih sudah melepaskanku dengan ikhlas
Kita sedang mendapatkan ujian atas kesalahan kesalahan kita
Dan kita sudah diampuni sendari awal.
Dan kini menjadi manusia baru
Kumohon jangan salahkan Sang Pencipta
Dia sungguh amat mengasihimu, sama seperti Dia mengasihiku.
Berhentilah bertanya padaNya
Karena rencanaNya jauh lebih indah.

Cihampelas, 12 Juli 2015


- Posted using BlogPress from my iPad

Saturday, July 11, 2015

Dan waktu ...

Tiba tiba aku heran, mengapa waktu cepat berjalan
Rasanya baru kemarin ketika aku masih 12 tahun
Saat mama ani melambaikan tangannya, dan dia benar benar tak kembali lagi.
Kupikir adegan itu takkan pernah terjadi lagi.

Tadi malam
Aku melihat sosok orang yang berbeda
Seseorang di usiaku yang ke 21
Sosok yang tak pernah kulihat meneteskan air matanya


Please, kumohon. Baik baiklah.
Karena aku disini baik baik saja.
Alles komt goed.


- Posted using BlogPress from my iPad

Saturday, June 20, 2015

Gadis kecil dengan gaun tutu

Saat itu usiaku 7 tahun, ketika terpana pertama kali melihat sehelai gaun indah berwarna hitam bludru yang dibalut pita merah. Mataku mendelik berkaca-kaca, mulutku melongo, dan kedua tanganku menempel pipi tanda terkejut. Ulang tahunku sudah lewat beberapa minggu lalu, bahkan natalpun masih lama tiba, tapi hadiah ini, yang terpajang didalam lemari seakan mengulurkan tangannya padaku sambil berkata "pakai aku, kamu akan terlihat cantik".

Tangan kecilku menggapainya, menyentuh setiap sisi kain bludru yang lembut nan indah itu. Motif bawahnya polkadot perpaduan hitam dan putih. Model tutu, seperti princess dalam dongeng yang kusuka. Hari itu udara tidak menyengat, tidak pula dingin. Gaun ini akan cocok ditubuhku. Aku membuka resletingnya, memasangkannya pada tubuh mungilku, mengangkat ikatan rambut belakangku dan kemudian menguraikannya. Langkah kakiku bak model berjinjit jinjit menuju arah cermin, mengangkat tinggi dagu, meletakkan tangan dipinggang dan berlenggok kekanan dan kekiri. Dalam hatiku berkata, "cantik".

Dari hari kehari, aku mengandalkan gaun itu untuk menjadikanku cantik. Seolah olah cermin berkata, kamu akan selalu cantik dengan gaun itu. Aku memakainya terus, bahkan dirumahpun, aku memakainya. Terkadang kupadukan dengan kaos kaki putih berenda dengan sepatu pantofel berpita kupu kupu. Aku ceroboh dan suka bersikap semaunya, beberapa kali bajuku terpercik lumpur karena aku suks berlari lari. Aku bahkan suka makan bakso dengan saus yang pedas, tetesannya menumpahi gaunku. Aku sedih, gaunku kotor, tapi aku masih tetap melakukannya, berlari dan berkotor-kotoran.

Suatu hari, mama Ani berkata, kenapa kamu memakai gaun itu. Itu bukan milikmu!
Perkataan itu sayup sayup berlalu, setiap hari, aku mencarinya untuk dipakai, dilemari, dijemuran, di meja setrika, atau mungkin masih direndam dalam cucian. Pernah suatu kali aku khawatir gaun itu hilang, mamaku berkata lagi, itu kan bukan punyamu....sendari acuh aku menganggapnya berlalu, aku tak peduli apa kata mama, karena hanya gaun itu yang membuatku akan nampak cantik. Aku tak punya keberanian untuk menatap cermin tanpa bergaya dan berputar putar dengan gaun yang panjangnya sampai selutut itu.

Ada suatu saat dimana aku merasa tak pantas menggunakannya. Tiba tiba aku melemparnya, kemudian memungutnya lagi, dan kemudian memeluknya erat. Mama yang saat itu berdiri dibelakangku hanya tersenyum. Tatapanku awas, menolehkan wajah kemudian datang padanya sambil bertanya, "ma, gaun ini punyaku kan?". Kemudian wanita itu menatap mataku sambil berkata:
"Itu bukan milikmu", katanya dengan tenang.
"Tapi pakaian itu sangat cocok denganku"
"Ya, tapi dari awal kamu ngga nanya sama mama baju ini milik siapa kan?".
"Apakah aku boleh memilikinya?", tanyaku berjuang. Aku berusaha bertahan. Adrenalinku memanas, airmataku mengalir, tatapan mama mulai serius, dan aku mulai ketakutan.
"Sayang, percaya sama mama. Dengarin mama. Pakaian ini bukan milikmu".

Bagi seorang anak usia 7 tahun, ketika itu, sebuah ujian yang berat. Bahkan sangat menyakitkan. Berhari hari, berminggu minggu, berbulan bulan, gaun itu sudah melekat padaku. Gaun itu merayuku sambil berkata, "kamulah gadis kecilku yang tercantik sejagad raya ini". Dan mama seolah olah menghancurkan harapan seorang anak polos yang menginginkan pakaian itu.

Kemudian mama memelukku sambil berkata, "jangan mengambil apa yang bukan menjadi milikmu, karena tanpa menggunakan gaun itu, kamu tetap anakku yang cantik". Aku tak mengerti apa maksud perkataan mama ketika itu, aku hanya berpikir bagaimana caranya mama mengijinkanku untuk memiliki gaun manis itu. Tak peduli dunia runtuh kala itu, takkan rela pakaian itu lepas dari gengamanku. Tetapi, makin sering aku bertanya, jawabannya tetap sama. "Dengarkan mama. Percaya sama mama".

Keesokan harinya dia katakan hal yang sama, "dengerin mama", sampai suatu hari baju itu sudah benar-benar tidak ada di lemari. Aku menangis, dalam hati, karena mama sudah mengatakan sebelumnya bahwa jangan mengambil sesuatu yang bukan kepunyaanmu. Aku tak menyesali pernah mengenakan gaun tutu itu, dan aku mau belajar nurut sama mama.

Hari itu langit berawan, Sang Arjuna berdiri dengan gagahnya menantang langit, dan senja kemudian berubah menjadi gelap. Disitu, aku masih dalam pelukan mama, mengelus elus rambutku, memberiku ketenangan.
"Dengerin mama, percaya sama mama". Aku tak mengerti tapi aku belajar taat.




- Posted using BlogPress from my iPad

Tuesday, May 26, 2015

Sacred Singleness

I used to call him Bunbun,
I met him 10 years ago, on the campus lobby when we were university students. We were at the same faculty. He was perfectly nice guy. He's never been angry to me. Bunbun liked me very much. He is such a pretty guy. I gave up to be single during my college years because of him. Nine years ago, we decided to have relationship.

We ended up relationship almost 3 years ago. It was such a hard moment for me. So did he. 6 years in relationship with him made me realize that i wasn't a good girl. I started to examine this relationship. I had fasting and praying for many months, and i was dissapointed when God asked a question one day. "Does he lead you closer to Me?". I was crying all the time, trying to bargain with God and asked Him to give me permit to continue relationship with him. But i can't choose my own path, because i know that i am own by Him, the One and Only. He prepare my life to serve Him.

Now, being single doesn't mean lonely. I know that God is my only one boyfriend in my life. I keep thinking of him but the more i miss him, the more i remember my sin on past.

I know that it's never too late and never too early in God's plan.
I just follow His agenda....
He has a great plan for me.
"Yes, i do"


Bandung, 26 May 2015
Nine years after Jogja earthquake


- Posted using BlogPress from my iPad